3.8 - Make a wish

85 36 382
                                    

Haloha! Apa kabareu?
Akhirnya setelah berminggu-minggu bisa muncul kembali

Seperti biasa, jangan lupa vote sebelum membaca~

Sudah berkali-kali Sahara menghela napasnya gusar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah berkali-kali Sahara menghela napasnya gusar. Beragam posisi sudah Sahara jajali, mulai dari duduk di kursi panjang, berdiri, bersandar pada pohon atau tiang, hingga berjongkok di pinggir jalan seperti ssekarang. Sementara matanya memandang layar ponselnya dengan bosan.

Hampir satu jam dirinya menanti, tapi Lintang tak kunjung datang menghampiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir satu jam dirinya menanti, tapi Lintang tak kunjung datang menghampiri. Padahal, pemuda itu sudah berjanji akan menjemputnya di dekat taman- sebab Sahara baru saja pulang hangout dengan Binar.

Entah menyangkut di mana pemuda itu hingga tak kunjung tiba. Padahal Sahara sudah berdandan maksimal untuk kencan kali ini. Yah, meski sebelumnya mereka tidak pernah melakukan kencan secara normal.

Dia seketika teringat pada kencan pertama mereka yang berjalan diluar dugaan. Jadi, hari itu hubungan mereka baru berjalan sekitar dua minggu. Lintang sengaja mengajak Sahara ke rumahnya.

Rumah itu tampak minimalis dengan nuansa monokrom. Alih-alih mengajak Sahara masuk ke dalam rumah, Lintang justru mengajaknya ke atap melalui sebuah tangga besi yang sudah pemuda itu siapkan sejak tadi.

Jangan salah, atap yang dimaksud bukan berupa rooftop yang luas, melainkan atap berlapis genteng yang membuat Sahara sedikit ngeri menaikinya.

"Mas Linlin, ini nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa dong. Justru kalo masuk ke dalem rumah malah bahaya."

"Hah?"

Lintang terkekeh, tangannya dengan cekatan meraih tubuh Sahara, menjaga keseimbangannya agar tak terjatuh dan mampu duduk dengan selamat di sampingnya.

Berbekal ragam makanan yang dia masukkan ke dalam kotak, Lintang meraih es krim dengan box besar, kemudian menyodorkan sebuah sendok pada Sahara.

"Aku tau ini terkesan aneh, tapi rasanya ngajak kamu dinner ke resto terlalu mainstream. Ngajak kamu makan di pinggir jalan juga kayaknya nggak mungkin," ungkap Lintang kemudian melahap es krim dalam suapan besar.

Perfect Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang