4.1 - I can't do without You

62 27 259
                                    


Haiii! Apakabar?
Sudah lama tak jumpa ya,
maaf karena sok sibuk dan lama gak up muehehe

Sebenernya part ini udah ada di draft dari sebelum lebaran, tapi aku males revisi dan sempet ngerasa kurang ngefeel jadinya ya... gitu deh, semoga suka

Happy reading❤

Hidupku sudah terbiasa dengan kehadiranmu. Karenanya jika kamu menghilang, lembaran hatiku turut berantakan.

-Perfect Things-

Satu tahun memang berlalu begitu cepat, meski beberapa kali terlibat percekcokan hebat, Sahara dan Lintang berhasil menyelesaikannya dalam waktu singkat. Meski ego mereka besar, namun cinta mereka jauh lebih besar.

Saat ini Sahara baru saja menyelesaikan salah satu mata kuliahnya. Keluar dari kelas, ponselnya bergetar menandakan panggilan masuk. Dengan mengulas senyum, Sahara menerima panggilan itu tanpa pikir panjang.

"Haraaa, ada matkul siang nda? Makan siang bareng, yuuuuk!" rengekan dari suara berat itu menyambut sambungan telpon tersebut.

Yah, tidak lain dan tidak bukan penelepon itu adalah Lintang. Bahkan di usianya yang sudah kepala dua, tingkahnya tetap kekanakan saja.

Sahara terkekeh. "Nda ada nih. Yuuuk!"

"Aku jemput, ya?"

"Oke, aku tunggu di parkiran ya, Mas Lin."

"Jangan nunggu di tempat yang panas loh, Ra. Tunggu di gazebo yang biasa aja."

Sahara terkekeh. "Siap, Mas Linlin."

Saat sambungan telepon terputus, tepukan di pundaknya membuat Sahara tersentak. Saat menyadari sang oknum yang membuatnya terkejut, Sahara lantas mengomel, "anjir, ngagetin aja lo, Bum!"

Bumi meringis. "Sori. Belum pulang? Apa ada kelas lagi?"

"Nggak ada sih. Ini lagi nunggu Mas Linlin."

"Oh, mau gue temenin nggak?" Belum sempat Sahara menjawab, sebuah pekikan berhasil mencuri atensi keduanya.

"Kak Artha!" Di ujung koridor sudah ada Hana yang melambaikan tangan penuh semangat ke arah Bumi. Gadis itu berlari kecil, dengan napas terengah-engah dia berucap, "kok—hhh, lama sih?! Katanya Kak Artha mau anter Hana ke galeri seni!"

"Maaf, ya. Tadi abis bahas laprak sama temen." Bumi tersenyum sungkan. Entah sejak kapan, Hana tak pernah absen mengisi hari-harinya. Sejenak berhasil membuat Bumi melupakan perasaannya, meski tak pernah berlangsung lama.

Hana mengedarkan pandang ke sekitar, mencari sosok yang Bumi sebut teman. "Siapa? Kak Hara?"

"Bukan, tadi sama Echan."

"Oh... Kak Hara pulang sama siapa? Mau bareng kita?" tawar Hana.

"Lagi nunggu Mas Linlin kok, Han. Kalian duluan aja."

"Ah, bareng calon kakak ipar ternyata. Ya udah, kita ke parkiran bareng aja kalo gitu."

Sahara terkekeh. "Boleh."

"Oke, let's goooo!" Hana bergelayut manja di lengan Sahara, menyeretnya menuju parkiran. Keduanya tampak seperti adik-kakak yang manis. Sementara Bumi mengekor di belakang mereka dengan bibir berkedut menahan senyuman.

"Kak Hara, pokoknya kapan-kapan kita harus hangout berdua!" seru Hana tiba-tiba.

Sahara terkekeh. "Oke, atur aja, Han."

Perfect Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang