1.1 - Hot chocolate

247 165 261
                                    

Jadilah nada dalam musikkuPenyempurna irama disetiap langkahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadilah nada dalam musikku
Penyempurna irama disetiap langkahku

-Perfect Things-


 
Denting piano itu mengalun merdu, menggema hingga ke seluruh penjuru. Semua penonton dibuat terkesima, bukan hanya karena permainan pianonya yang terdengar syahdu di telinga, namun juga karena tampang sang pianis yang luar biasa memesona.

Untuk mengusir rasa bosan pengunjung, Lintang secara sukarela menampilkan permainan pianonya ditemani hujan yang seolah tak berujung.

Demi mendukung suasana yang mendung, Lintang sengaja membawakan sebuah instrumen bertajuk Kiss the rain yang dipopulerkan oleh salah seorang pianis terkenal bernama Yiruma.

Dari balik meja kasir, Sahara hampir dibuat tidak berkedip menatapnya. Lintang yang sedang bermain piano, terlihat begitu berkarisma di matanya.

Bahkan, meski berada di bawah lampu panggung yang temaram, sosoknya tetap terlihat menawan.

Lintang serupa fatamorgana yang tak mampu Sahara sentuh secara nyata. 

Hingga tepuk riuh penonton menyadarkan Sahara, bahwa yang baru saja ia lihat bukan hanya sekadar fatamorgana. Malam ini, Lintang memang berkali-kali lipat lebih tampan dari biasanya.

Instrumen itu di akhiri Lintang dengan membungkukkan tubuh seraya tersenyum sebelum turun dari panggung dan diserbu beberapa gadis yang merangsek maju guna meminta foto atau meneriakkan namanya.

Sementara Lintang sibuk tebar pesona, Sahara memilih pura-pura menyibukkan diri saja dengan ponselnya.

Kalau Lintang sampai tahu bahwa Sahara baru saja terkesima, pemuda itu pasti akan semakin besar kepala.

“Aih, curi-curi pandang wae. Ari mau ngelihatin mah ngelihatin wae atuh,” celetuk Echan dengan logat sunda yang berhasil mengusik ketenangan Sahara.

Sahara mendelik. “Dih, apaan?!”

Echan terbahak. “Ninik-ninik salto ge nyaho ari maneh teh dari tadi merhatiin kang Tatang wae.”

“Sok tau!”

“Emang nyaho.” Echan menyahut pongah.

“Terserah.”

Echan mengulas senyum tipis. “Aing kenal maneh bukan sehari-dua hari, Ra.”

“Nggak usah sok akrab.” Sahara mendengkus.

Ulah pundung kitu aih,” Echan terkekeh, “Eh, maneh nyaho teu?  Kebanyakan pelanggan awewe didieu naksir sama Kang Tatang?”

Tidak mengejutkan. Kepopuleran Lintang memang tidak diragukan. Mereka yang sudah menyaksikan penampilan Lintang— khususnya perempuan—pasti akan sering mampir ke Nebulà hanya untuk melihat paras Lintang yang rupawan.

Perfect Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang