Chapter 3.7

81 19 38
                                    

Rencana penyergapan tetap dijalankan setelah mereka berunding untuk tidak melaporkan segala runtutan kejadian terlebih dahulu kepada pihak kepolisian. Leona merasa ini memang keputusan yang tepat, sebab cukup sulit mengerahkan tenaga pemerintah demi mengejar spekulasi dalam memecahkan masalah.

Lagi, agaknya tidak perlulah divisi kemiliteran melibatkan mereka kepada sesuatu yang sama sekali lemah hubungannya dengan kasus yang mereka hadapi. Cukup sudah mereka menyelidiki para korban penculikan saat ini, jadi bukan masalah besar jika Leona hanya memberikan laporan seadanya untuk menyibukkan perhatian mereka.

Akan lebih baik jika mereka tidak tahu Kirika membuat rencana agar ia sengaja terculik.

Sesuai rencana, mereka akan melakukan penyergapan pada malam hari; tepat ketika setiap sudut gang sepi dan tiada seorang pun yang melintasi kawasan klinik psikiatri. Untuk berjaga-jaga, sejumlah agen kini menyamar sebagai orang mencurigakan. Lalu ... ini memang agak konyol, tetapi mereka juga menyediakan peran penyelamat yang akan mengantarkan masyarakat pulang.

Betapa pun itulah pentingnya segala hal untuk berjaga-jaga.

Kelompok dibagi dua. Saat ini, kelompok yang dipimpin oleh Emily dan Vanessa mulai bergerak mengepung gedung klinik psikiatri yang gelap gulita, pula utuh tertutup rapat.

Sama sekali tak mereka dapati tanda-tanda ada yang menetap di dalam sana.

"Sebaiknya kita mulai tanpa suara." Emily menyarankan. "Sebab barangkali mereka tahu dan sedang bersembunyi sambil menahan napas."

"Setuju, tetapi saya pikir kita tidak perlu menggunakan hitungan. Anda tahu, Komandan Harrison, kita membutuhkan sedikit waktu untuk membuka kunci pintu ketimbang mendobraknya langsung."

Ya, betapa pun kita harus tetap berhati-hati.

Beralih kepada Vanessa yang memimpin kelompok bagian belakang gedung. Disertai dua orang yang mengekori untuk menjaganya, Vanessa melangkah maju ke pintu.

Sejenak empunya manik ceri tersebut sekadar terpaku sembari mengangkat tangan pelan-pelan. Hampir itu sukses membuat salah satu yang mengawalnya bertanya, tetapi agaknya memang tidak perlu tepat setelah ia mendapati tulang-tulang jari Vanessa mencuat keluar.

Seharusnya dia tidak perlu terkejut mengingat saat ini ia bekerja di bawah naungan Alford. Kemampuan yang dimiliki Vanessa tak lain dan tak bukan pastilah bermuasal dari divisi biogenik. Namun, tetap saja ia menahan napas selagi menyaksikan Vanessa membobol pintu dengan tulang-tulangnya yang menajam.

"Tenanglah." Seolah mampu merasakan aura ngeri dari infanteri, Vanessa akhirnya berceletuk kala menyibukkan diri dengan gagang pintu. "Saya juga melakukan ini di bar milik Komandan Harrison ketika hendak bertemu dengannya."

Maksudnya kau hendak mencuri?!

Harus infanteri itu telan bulat-bulat pekikan hatinya sebab pintu berbunyi singkat, lantas terpangah lebar-lebar tepat Vanessa mendorongnya. Netra senada ceri tanpa gentar menyapu seisi gedung senyap, lantas masuk tanpa suara.

Segera ia disusul para infanteri, lantas ia bertitah, "Periksa semua ruangan, usahakan untuk meminimalisir suara atau tindakan yang mengundang curiga masyarakat. Tiga prajurit, mohon ikuti saya."

Mereka berpencar dengan cepat. Setiap derap langkah seolah nyaris serentak, pula memenuhi lorong kerap mengembangkan rasa awas terhadap sekitar.

Bagian Emily baru saja masuk, ia menitahkan perintah yang sama. Namun, ia membawa jumlah pasukan lebih banyak menuju toilet wanita. Rekaman yang tersimpan lagi terkirim ke Vanessa berhenti di depan cermin—hal yang membuat mereka yakin Kirika masih berada di sana.

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Where stories live. Discover now