Chapter 2.10.5

87 20 75
                                    

Sayup-sayup terdengar suara Aoi dari televisi yang memperlihatkan sosoknya tengah berbincang dengan seorang pembicara. Senyum merekah jelas di wajah senior kala mendengarkan si profesor muda bertutur dengan hati-hati.

Hampir saja memasuki libur musim panas, Alford Corporation kembali mengharumkan nama negara. Mereka sukses menjalankan rencana. Sekarang robot mereka telah tersedia melayani pengunjung di salah satu museum Tokyo.

Perusahaan di tempat Eleonor bekerja kembali naik daun di seluruh kabar berita. Tentu saja, dalam bentuk apapun. Namun, sayangnya Eleonor tidak dapat menghadiri undangan wawancara sebab mendapat berita penting yang harus diurus di Chelyabinsk. Beruntung mereka mampu menyelesaikan segalanya tepat waktu, jadi Eleonor tidak pergi melepas tanggung jawab begitu saja.

Sempat ia berbincang dengan koleganya sebelum pergi menuju boarding pass-yang entah bagaimana kebetulan berada di sana. Agaknya mereka bercerita cukup panjang sehingga Eleonor tidak mampu mengingatnya.

Hal yang pasti, dia sudah berada di kampung halaman, setidaknya sekarang sudah beristirahat di kamar lama, mengingat sekujur tubuhnya terasa sakit setelah meminum kopi di sebuah kafe bandara.

Ya, memang seharusnya begitu.

Tapi saat utuh membuka mata, bukan pemandangan dan suasana rumah yang ia dapatkan. Empunya manik kebiruan lantas membelalak sempurna, utuh kesadarannya dipaksa terkumpul dengan segera.

Seluruh otot Eleonor seketika tersadar. Dia saat ini tak berada di atas tempat tidur yang hangat.

Di hadapannya, langit-langit sedikit menyilaukan sebab lampu langsung mengarah padanya. Tempat ini tak sedingin Chelyabinsk, tetapi berhasil membuat Eleonor menggigil karena ia hanya mengenakan baju yang lumayan tipis. Tak seluruh bagian ruangan diberi penerangan, percuma menyapu seluruh pemandangan. Dia sama sekali tak tahu apakah pemilik tempat hanya sekadar berhemat atau menyukai gelap.

"Aku sudah mendapatkan apa yang kau mau, Jackal. Pulanglah." Sebuah suara sukses mengundangnya menoleh ke samping. Jantungnya terlonjak, hampir melompat dari tempat kala ia mendapati pria muda yang tersenyum padanya; sedang berbincang dengan seseorang lewat telepon.

Manik kemerahannya berakhir beralih kala ia mendengar suara lawan bicara. Eleonor tidak yakin mengenai apa yang tengah mereka bincangkan, tetapi justru itulah yang membuat ia semakin bersikap waswas. Dia tak bisa melakukan apa-apa sekarang selain memandang Kenji dengan sikap waspada. Seluruh tubuhnya diikat kuat-kuat di ranjang tempat ia berbaring.

"Tentu. Sesuai janjiku, aku akan membuatnya mudah ketika kau sampai ... ya, aku akan menanti." Terdengar jelas Kenji mengukir senyum seolah berbangga diri atas bahasa Rusianya yang terdengar fasih. "Terima kasih. Sampai nanti."

Demikian si pria muda menutup telepon, beralihlah ia pada Eleonor dengan segera. Tanpa ragu ia memasang senyum manis yang ia punya, seperti sedang menyambut kedatangan kelinci putih yang lucu di depan rumahnya.

"Maaf mengabaikanmu sebentar. Ada sedikit perundingan yang harus kumenangkan dengan sahabat lamaku," ujar Kenji berbasa-basi. Kali ini agaknya sadar bahwa Eleonor memahami bahasa Jepang dengan baik. "Selamat datang di Yokohama, Profesor Radiovalenka. Senang kau benar-benar mendengar rekamanku dan langsung bergegas ke Chelyabinsk."

Rekamannya? Eleonor mengulang dalam hati. Manik kebiruannya spontan terpejam erat-erat. Sebisa mungkin Eleonor mengendalikan diri dan mengingat-ngingat apa yang sebenarnya terjadi, sebab ... insting dari dalam diri si profesor merasa sekarang bukan merupakan hal yang tepat untuk memberontak.

Acara peresmian robot-robot pembantu yang diciptakan Alford Corporation akhirnya tiba. Semua orang-orang yang terlibat dalam pembuatan turut serta memeriahkan acara. Tepuk tangan, kilatan kamera digital, wartawan yang sibuk mewawancarai orang-orang penting hadir, sama sekali tak memberikan mereka kesempatan bagi mereka untuk beristirahat barang sebentar.

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang