Chapter 2.8

69 22 48
                                    

Kepulangan Kirika disambut oleh wartawan. Berita mengenai penyerangan di hotel baru Howard telah sampai ke negaranya. Sebisa mungkin Kirika menjawab sesingkatnya, sebab ia belum pulih seutuhnya dan harus segera melakukan perawatan intensif.

Dia sudah lelah dengan kejaran mereka. Kala mengunjungi makam Jason saja ia sudah dikuntit oleh juru kamera dari sejumlah stasiun televisi lokal di sana.

Barangkali rumah sakit memang tidak seburuk itu. Dia bisa benar-benar jauh dari wartawan sekarang. Setidaknya ia mendapatkan kamar dengan luas yang tak jauh berbeda dari kantornya. Begitu Kirika bisa melihat pemandangan kota seperti miniatur lewat jendela.

Tetap saja, kini ia melakukan pekerjaannya melalui daring. Baru saja ia melepaskan jas dengan susah payah, demikian mengalihkan diri kepada data-data yang baru sampai ke surelnya.

Sayangnya, saat ini pekerjaannya menjadi kurang leluasa. Setiap luka di sekujur tubuhnya sukses menyita setiap pergerakannya. Konon lagi luka dari tusukan belati yang cukup dalam di bagian perut. Itu membutuhkan penyembuhan yang cukup lama, begitu kata dokter.

Sehari setelah Kirika sampai, jahitan di perutnya tak kunjung mengering. Kala pulang malah lebih parah. Mati-matian ia tidak mendelik menahan sakit di perutnya setiap kali ia bergerak. Sementara bagian selangkanya masih terasa nyeri. Bergeser saja sudah cukup membuat Kirika sedikit meringis. Kadang-kadang ia bergumam, mengutuk mereka yang telah menorehkan luka dalam.

Beruntung, luka-luka kecil sembuh lebih cepat. Namun tetap saja itu tidak cukup membantu. Dia memerlukan pulih total agar ia bisa menuntaskan pekerjaannya.

Kirika mendengkus terang-terangan, melempar pandangan lelah kepada langit biru. Musim semi tiba begitu cepat. Semua seolah berlalu hanya dengan satu kerjapan mata. Atau barangkali ia baru menyadarinya. Lagipula Kirika memang tidak terlalu memikirkan berapa macam musim yang terlewat. Baginya, menyelesaikan tugas-tugas yang terus melimpah ruah sudah lebih dari cukup untuk melewatkan hari.

Seusai insiden di Amerika, Silvis memang sudah mengambil alih sementara melalui daring mengenai perencanaan seminar Human Helper selama Kirika belum siuman. Tidak ada pilihan, sebab agenda seminar sudah berada di depan mata.

Atau lebih tepatnya besok malam, mereka harus mengadakan seminarnya tanpa Kirika.

Divisi robotika sudah menyelesaikan uji coba Human Helper beberapa hari belakangan ini, Kirika sudah membaca laporannya. Mereka sudah menyewa gedung, sepertinya Silvis akan disibukkan dengan persiapan acara di sana.

Sekarang Kirika hanya bisa berharap semuanya berjalan lancar tanpa adanya satu pun kendala.

Suara ketukan pintu mengundang Kirika menoleh. Tampak wajah Akira bersama senyuman cerahnya di kaca pintu. Sekadarnya Kirika menganggukkan kepala, mengisyaratkan Akira bahwa si android diperbolehkan masuk.

Maka si android membuka pintu, menutupnya dan melenggang dengan hentakan kecil yang berujar riang. Kali ini ia membawakan sekuntum mawar putih.

"Masukkan saja ke dalam vas. Biarkan ia bergabung bersama teman-temannya yang sudah pernah kau bawa."

Lantas ucapan Kirika disambut dengan kikikan kecil. Selanjutnya Akira menurut, lantas menghampiri vas di atas nakas yang penuh dengan bermacam-macam bunga.

Selama Kirika masuk rumah sakit, Akira selalu melintasi sebuah toko bunga yang memiliki bunga-bunga baru. Berhubung musim semi, banyak yang berkunjung ke sana. Akira selalu menemukan bunga-bunga yang cantik, kemudian menyerahkannya kepada Kirika.

Alasannya sederhana. Dia tidak ingin sang Madam merasa kebosanan selama sendirian di sini. Benar-benar seperti seorang bocah yang khawatir akan ibunya.

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Where stories live. Discover now