“Sama?”
“Ihh kepo banget!”
“Heh, gue aduin Tante Rosa ya lo?!”
“Aduin aja, gue udah bilang Bunda kok.”
“Kemana gak? Cowok lo di sini nih.”
Hah? Alden? Dimana maksudnya?
“Dimana?”
“Dimana lagi? Di Geez lah! Mana Kak Yoga juga lagi di sini, lo tau deh mereka ngapain kalau ketemu.”
Perasaan gue tiba-tiba aja gak enak. Pikiran-pikiran negatif tiba-tiba aja menyerang kepala gue.
“Rai, lo tau apa yang harus lo lakuin 'kan?”
“Males gue, Dys. Ngeliat muka cowok lo aja bikin emosi.”
“Rai! Lo gak mau nolongin gue? Lo gak sayang sama gue?”
“Gak lah, gue sayangnya mah sama Ka—”
“RAI! Please...”
Gue denger dia menghela napas dari seberang sana. Sekencang apapun dia bilang kalau dia gak peduli, sekuat apapun dia mertahanin rasa gengsinya, dia bakal tetap ngelakuin apa yang gue minta. Karena gue udah mengenal Raiden cukup lama, gue tau dia gak pernah serius sama ucapannya yang bilang dia gak peduli kalau gue bakal disakitin sama Alden lagi seperti yang dia ucapin beberapa bulan yang lalu.
“Jawab dulu, lo sama siapa ke Bandung?”
“Sama Elang.”
“Anjir, bener-bener ya tuh orang?!”
“Udah sana ah gak usah marah-marah mulu. Nanti sepupu lo keburu bonyok!”
“Lo harus teraktir gue all you can eat seminggu penuh abis ini.”
“Bunuh aja lah temen lo ini sekalian, Rai.”
Dia cuma ketawa-ketawa kemudian panggilan terputus. Gue menoleh ke arah Elang yang ternyata sekarang juga lagi menatap gue.
“Marah-marah ya temen lo?”
Asli? Gue kira dia mau nanya ada apa? Atau siapa yang berantem karena tadi gue nyebut-nyebut kata bonyok.
“Emang 'kan temen lo hobinya marah-marah mulu,” gue menanggapinya dengan tawaan ringan. Dia juga ikut tertawa kemudian gak ada yang bicara apa-apa lagi. Yang terdengar cuma suara lantunanan musik dari playlist spotifynya yang ternyata lagu di sana rata-rata juga ada diplaylist gue.
❇❇❇
Jam menunjukkan pukul tujuh malam saat kita berdua sampai di pekarangan rumah bertingkat dua yang gak begitu besar tapi punya halaman yang luas dan begitu asri.
Ada beberapa motor dan mobil yang terparkir di sana. Tiba-tiba aja gue ngerasa deg-degkan. Bahkan tangan gue sampai basah karena keringat.
Gimana kalau keluarganya gak suka sama gue? Gimana kalau menurut mereka penampilan gue aneh?
Tunggu... Kenapa seakan-akan gue kayak cewek yang mau dikenalin ke keluarga cowoknya sih? Gue 'kan sama Elang cuma temenan!
“Santai aja, Dys. Keluarga gue isinya orang ajaib semua, jangan kaget ya.”
Elang udah membuka seatbeltnya dan gue melakukan hal yang sama. Saat kita berdua udah keluar dari mobil, gue menarik napas sejenak. Mengatur degup jantung gue yang masih berdetak gak seperti biasanya. Gue merapihkan dress gue, takut lecek dan bikin gak enak diliat. Gue juga merapihkan rambut gue yang sekarang gue gerai. Sumpah, sebenernya penampilan ini bukan gue banget.
YOU ARE READING
Long Way Home
General Fiction"I wanna get lose and drive forever with you." *** Erlangga Jevander adalah penghuni yang kehilangan rumahnya. Rumah yang telah dia jaga sebaik mungkin. Rumah yang ternyata juga diisi oleh penghuni lain selain dirinya tanpa pernah diketahuinya. Glad...
09 - I Like You
Start from the beginning
