16 - Popo

357 47 10
                                    


Now you know, how much your eyes
Make me wonder 'bout
How deep is our love
Especially, when you appreciate for me
I can't help loving you more

Popo - Yerin Baek

***

Gladys

Gue tau kok Elang marah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gue tau kok Elang marah. Gue bahkan gak bisa menghitung seberapa banyaknya rasa kecewa yang gue kasih buat dia. Gue tau kalau selama ini, mungkin aja... gue cuma ngasih harapan-harapan yang gue sendiri masih belum yakin bisa merealisasikan harapan itu atau enggak.

Ya, gue emang jahat.

Bahkan gue rasa lebih dari itu. Gue egois.

Gue gak mau kehilangan dia, tapi di satu sisi gue juga masih ragu sama diri gue sendiri.

Iya, sama diri gue sendiri, bukan sama dia.

Demi Tuhan, gue gak pernah meragukan perasaannya. Rasa ragu yang bertengger di kedua bahu gue saat ini adalah rasa ragu gue pada diri gue sendiri.

Gue cuma gak mau aja kalau ternyata perasaan yang gue punya untuk dia saat ini cuma perasaan nyaman karena hati gue yang baru aja terluka. Gue gak mau ngejadiin dia sebagai penghuni sementara yang cuma singgah karena hati gue yang emang lagi kosong. Gue gak mau jadiin dia pelarian. Karena Elang gak pantas untuk itu.

Saat melihatnya lari tergopoh-gopoh sambil merangkul Rosela di lobi apartemennya kemarin, ada perasaan aneh yang cukup membuat gue bingung. Iya, gue liat itu. Gue liat gimana paniknya dia menggendong Rosela memasuki mobilnya sampai gak peduli dengan keadaan sekitar. Gue liat dia merapalkan beberapa makian saking paniknya karena kondisi Rosela yang keliatannya lagi gak baik-baik aja.

Sepulang dari caffe hari itu, awalnya gue emang gak berniat nemuin dia, tapi tiba-tiba aja gue merasa keputusan gue itu salah. Tiba-tiba aja gue merasa kalau gue malah butuh dia saat itu. Makanya, masih tanpa membalas pesannya terlebih dahulu, gue langsung menyandangi apartemennya saat itu sambil membawa espresso kesukaannya.

Gue gak marah dia nganter Rosela. Gue justru kagum karena dia masih bisa se-respect itu sama seseorang yang udah nyakitin dia di masalalu-walaupun gue tau Rosela gak berniat buat nyakitin dia. Elang... mungkin bakal terdengar sangat klasik kalau gue bilang dia terlalu baik buat gue, tapi kenyataannya gue emang benar merasa begitu.

Gue merasa manusia plin plan kayak gue gak pantes dapetin orang setulus Elang. Dia jelas bisa dapetin yang lebih baik dari gue. Yang bisa membalas perasaannya tanpa keraguan sama sekali.

Sore itu, espresso yang gue jinjing berakhir di tempat sampah. Tepat setelah mobilnya hilang dari pandangan gue, gue juga ikut meninggalkan bangunan megah yang sore itu cukup ramai, tapi membuat gue seolah merasa sedang sendirian. Gue bertemu Raiden di depan pintu masuk, tapi gue buru-buru menunduk supaya dia gak mengenali gue dan untungnya berhasil.

Long Way HomeWhere stories live. Discover now