Extra Chapter - Cry Baby

248 26 3
                                    

18+

Please read this wisely!

***


Konon katanya, setiap pasangan yang hendak menikah pasti akan ditimpa suatu masalah yang menguji mereka. Tidak dapat dipungkiri hal itu terbilang cukup mengganggu pikiran Gladys. Pernikahannya dengan Elang tinggal menghitung hari, tetapi entah mengapa akhir-akhir ini ada saja yang membuat perempuan itu kesal pada calon suaminya.

Makin hari ia makin mempertanyakan apakah keputusannya untuk menikah dengan Elang adalah keputusan yang tepat? Bagaimana jika suatu hari nanti mereka bertengkar hebat dan tidak bisa menyelesaikan konflik yang ada kemudian memutuskan untuk bercerai? GIla, membayangkannya saja Gladys sudah ingin histeris.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, akhir-akhir ini semua tentang Elang terasa sangat menyebalkan bagi Gladys. Contoh kasusnya seperti saat ini.

"Emang kamu nggak bisa izin pulang dulu sebentar?"

"Nggak bisa, Dys. Ini meetingnya baru mau mulai."

"Lagian gimana sih? Kan aku udah bilang dari jauh-jauh hari kalau hari ini kita mau fitting baju, Lang!"

"Ya kenapa kamu nggak reminder aku lagi? Udah tau jadwal aku akhir-akhir ini padat karena ngejar cuti akhir tahun."

"Aku emang senggak penting itu ya buat kamu sampe hal sekrusial ini aja kamu lupa? Terus kamu pikir yang sibuk cuma kamu? Aku juga sibuk. Hari ini aku mundar-mandir ke sana ke mari buat survey lapangan, terus lanjut meeting sampe skip makan siang, tapi aku masih bisa tuh nyisahin waktu buat acara kita."

"Astaga, Dys nggak gituuu. Ini kamu beneran ngajak aku ribut sekarang? Udah lah jangan kayak anak kecil. Ada Raiden 'kan? Ukuran badan aku sama dia nggak beda jauh kok, paling lebihin beberapa cm. Udah ya jangan dibesar-besarin, aku meeting dulu, nanti kalau udah selesai aku telepon."

"Gue mau nikahnya tuh sama elo, bukan sama Raiden, brengsek!"

Dan begitu saja panggilan diputuskan secara sepihak oleh Gladys. Perempuan itu melempar ponselnya secara kasar ke atas meja. Kedua tangannya bergerak untuk menutupi wajahnya, kemudian setelah itu suara isakan tangis terdengar. Laki-laki yang sedari tadi duduk di sudut ruangan sambil menonton perdebatan dua calon pasutri—yang keduanya merupakan sahabatnya—hanya menggelengkan kepalanya, bingung harus berkomentar apa.

"Brengsek. Erlangga Jevander brengsek!"

"Dys..."

"Apa gue batalin aja ya, Rai?" kedua tangan itu sudah tersingkir dari wajah cantik Gladys yang kini sudah dipenuhi jejak air mata. Hidung dan matanya bahkan sudah memerah, euh... penampilannya benar-benar sangat memprihatinkan.

 penampilannya benar-benar sangat memprihatinkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fitting bajunya?"

"Pernikahannya."

Raiden yang sedang meminum kopi kalengnya tersedak.

Long Way HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang