33. HIS CHARACTER

Start from the beginning
                                    

“Tadi gue liat Jihan,” Nyong membuka permbicaraan lagi. “Si Kaskus itu masih ngejar-ngejar Jihan Sep?” tanya Nyong.

“Marcus goblok bukan kaskues!” ujar Oji.

Nyong terkekeh geli. “Iya itulah namanya. Biar gampang gue ingetnya.”

“Nama bagus-bagus gitu Nyong lo rubah jadi kaskues. Bener-bener gak ada adabnya lo,” ujar Guntur.

“Au nama bule gitu lo bikin lokal. Kasian Marcus,” ujar Jordan. “Gak sekalian lo ganti namanya jadi Jono, Joni, Tarno?” ujar Jordan lagi.

Mang Tarno tukang bersih-bersih di sekolah langsung menoleh pada Jordan. Ia baru saja hendak pergi setelah mengambil alat pel dan ember dekat lapangan indoor.

“EH MANG!” Jordan menyapanya sok asik. Cowok itu cengengesan. “Maaf Mang! Udah kelar belum tugasnya? Mau dibantu temen-temen saya gak Mang? Tenaga temen-temen saya masih kuat-kuat nih Mang. Ngepel bisa, ngangkat bangku bisa, masang ring bisa. Sampe ke kebun-kebunnya juga bisa dibersihin Mang!” ujar Jordan menawari teman-temannya.

“Gak boleh gitu lo sama yang lebih tua,” ujar Guntur tumben otaknya berjalan dengan baik.

“Kalian ngapain masih di sini?” tanya Pak Nurdin.

“Mencari keadilanlah Pak!” sahut Guntur semangat. “Iya lagi duduklah Pak. Masa lagi nyuci?”

“Mau gabung gak Pak?” tawar Guntur. “Jarang-jarang loh duduk sama ketua Ravispa Pak,” goda Guntur.

“Ngapain duduk sama kalian? Gak level,” balas Pak Nurdin bercanda.

Jordan tertawa ngakak karenanya. “Dih Bapak. Tuh Pak dicari sama Bu Dayu,” ujar Jordan cepu.

Galaksi menyenggol lengan cowok itu agar diam. “Diamuk Bu Dayu lo entar,” bisik Galaksi.

“Ngapain Bu Dayu cari saya?” tanya Pak Nurdin tidak peka.

“Biasa Pak. Darah muda. Darahnya para remaja,”ujar Jordan.

Guntur tertawa. “Emang Bu Dayu masih remaja?” tanyanya.

“Kalian ini ngomongin apa sih?” Pak Nurdin terlihat bingung.

Sementara kubu Galaksi hanya tertawa-tawa mendengarnya kecuali Septian. Septian menatap ke arah bawah. Keringatnya menetes ke bawah. Panas di dalam hatinya jauh lebih besar daripada panas di tubuhnya.

“Pak kalau misalnya nih. Ada pilihan. Bapak pilih gadis apa janda?” tanya Oji penasaran.

“Ngapain kamu nanya-nanya kaya gitu?” tanya Pak Nurdin aneh.

“Jawab aja pak.”

“Gadis lah,” balas Pak Nurdin.

Galaksi, Jordan, Guntur, Oji, Bams, dan Nyong serempak langsung tertawa tertahan. Keenam cowok itu membuat Pak Nurdin bingung akan sikapnya. Padahal niat awalnya kemari hanya ingin berbicara pada Septian.

“Bapak kalau disukai sama salah satu guru sini mau nerima gak Pak?” tanya Jordan iseng.

“Ya maulah masa enggak? Kan cuman suka,” ujar Pak Nurdin.

“Hm... gitu ya Pak?” Jordan mengangguk-anggukan kepalanya. “Kalau Bu—”

“JORDAN!!” Bu Dayu tiba-tiba datang dari bawah lapangan membuat Jordan membulatkan matanya. “Ngapain kalian semua masih di sini? Gak pulang kalian?!” Bu Dayu mengalihkan pembiacaraan sambil berjalan ke atas tribune lewat tangga.

“Eh itu Bu... anu... ini mau pulang. Iya-iya ini mau pulang Bu. Mau party kita ya gak?” tanya Jordan meminta bantuan teman-temannya namun tak ada yang mau menjawab untuk membantunya.

SEPTIHANWhere stories live. Discover now