Eight-Dinner

8.5K 502 4
                                    

Eleven Madison Park memang menakjubkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Eleven Madison Park memang menakjubkan. Tidak hanya namanya yang elegan, desain interiornya pun sangat memesona. Restauran bintang lima di New York ini memang bukan main. Untung saja aku memilih dress yang tidak terlalu norak.

Setelah berusaha membohongi Rykell dengan dalih ada shift tambahan di rumah sakit, aku segera meluncur ke sini karena janjiku pada Dokter William. Kami memang janjian bertemu langsung di restaurannya. Namun setelah mengedarkan pandanganku kesana kemari, aku masih belum menemukan sosoknya.

Beberapa saat kemudian aku merasakan tepukan di bahuku. Aku menengok. Ternyata Dokter William datang dengan senyum ramahnya.

"Malam Dokter Ana. Maaf saya terlambat."

Aku tersenyum. "Ah tidak apa-apa Dokter. Saya juga baru saja datang. Lebih baik kita mencari tempat duduk."

"Saya sudah reservasi mejanya Dokter. Ada di meja no. 06. Mari ke sana," ujarnya ramah sembari mengulurkan tangannya padaku. Aku menyambut sopan.

Setelah dirasa duduk nyaman, seorang waiter menghampiri kami. Aku menerima daftar menu yang diberikan. Kuputuskan memesan breefsteak dan blueberry icecream. Aku tidak peduli apakan kedua makanan itu cocok atau tidak. Bagiku selama bisa dimakan dan cocok di lidahku, aku tidak peduli.

"Breef steak ukuran medium dan blueberry ice cream, sama air biasa. Itu saja," ujarku sambil menyerahkan kembali daftar menu pada waiter.

"Dokter Ana suka ice cream ya?" Perkataan Dokter William membuatku menolehkan pandangan padanya. Aku tersenyum ramah seraya membenarkan posisi dudukku.

"Ya, ice cream sangat enak."

"Lalu apa lagi yang Dokter Ana suka?"

"Saya suka semuanya, jika makanan yang paling saya suka pastinya martabak manis."

"Martabak manis? Apa itu?" tanya Dokter William. Raut wajahnya kebingungan mendengar kata asing itu. Aku tersenyum lalu menjawab pertanyaannya,

"Martabak manis itu makanan khas dari Indonesia. Itu makanan manis yang terbuat dari tepung, coklat, keju. Rasanya enak sekali."

"Benarkah? Sepertinya lezat. Apakah di NY ada yang menjual makanan itu? Aku ingin mencobanya." Matanya berbinar. Aku yang melihatnya hanya tertawa pelan. Dia seperti anak kecil yang ditawari permen. Imut sekali.

"Sayangnya tidak ada yang menjualnya di sini. Bahkan kantin rumah sakit kita juga tidak menjualnya," ujarku masih diselingi tawa. Raut wajahnya berubah murung seperti kelinci yang kehilangan wortelnya.

"Ah sayang sekali."

"Kalau Dokter William akan ke Indonesia, tentu saya akan dengan senang hati menjadi pemandu wisata anda," tawarku.

Dokter William terlihat senang. Seusai makanan datang, kami makan dengan tenang.

"Oh iya Dokter Ana. Saya sebenarnya sangat penasaran. Apa yang membuat anda tertarik dan akhirnya memutuskan menjadi dokter. Terlebih dokter spesialis anak. Kalau dipikir-pikir keluarga anda seorang pengusaha?" tanya Dokter William selepas makan.

Aku kembali mengingat-ingat alasanku dulu. Memang dulu aku sama sekali tidak terpikir untuk menjadi dokter. Dulu aku bercita-cita menjadi seorang model. Mungkin karena dulu aku pernah patah hati.

Aku mempunyai seorang mantan pacar sewaktu SMP, dia orang Amerika yang kebetulan berlibur ke Indonesia selama beberapa minggu. Dia bercita-cita menjadi direktur rumah sakit. Aku yang saat itu masih lugu tentu merubah haluanku dari yang semula model menjadi dokter. Alasan klise dan konyol jika dipikir. Terlebih setelah dia mengkhianatiku, aku sempat terpikir pilihanku konyol. Namun aku tidak menyesal sekarang. Bagiku meski dia mengkhianatiku tapi berkatnya aku bisa menjadi orang yang lebih berguna. Bukan hanya mampu berlenggak-lenggok menjadi model. Salah satu hal yang kusyukuri darinya.

"Saya tertarik saja untuk menjadi dokter. Rasanya ada kelegaan tersendiri saat kita bisa menyembuhkan seseorang, merawat seseorang. Meskipun kita selalu berhadapan dengan penyakit yang mungkin saja berbahaya bagi kita juga, namun selalu tertepis kala melihat kebahagiaan pasien yang sembuh."

Ada sorot kagum yang kulihat dari mata Dokter William. Aku jadi malu. Aku agak risih saat seseorang kagum padaku. Rasanya ada beban hati tersendiri.

"Dokter Ana hebat."

"Thank you Dokter William."

Perbincangan kami terhenti ketika beberapa pegawai restauran berbicara dengan beberapa pengunjung. Salah satu pegawai menghampiri meja kami.

"Mohon maaf Tuan, Nona, kami dari pihak restauran minta maaf karena sudah mengganggu. Kami baru saja mendapat panggilan dari atasan agar mengosongkan restauran dalam waktu lima menit karena ada pemimpin perusahaan besar yang akan datang kesini. Kami akan mengganti semua kerugian dan menu yang telah dipesan akan kami gratiskan. Mohon maaf mengganggu kenyamanannya. Kami mohon pengertiannya," ujar pegawai itu ramah. Aku tidak keberatan dengan situasi ini meski rasa kesal ada.

Bos besar memang berkuasa. Namun mereka juga sangat arogan dan menyebalkan. Aku sangat tidak suka. Keluargaku saja tidak pernah melakukan hal seperti ini.

Belum sempat aku dan Dokter William keluar restauran, beberapa bodyguard berjas masuk dan berbaris rapi. Di belakang mereka aku tebak si bos itu. Aku mencoba keluar sambil melirik siapa bos itu. Pandanganku jatuh pada sosok pria tampan dan arogan. Auranya sangat mencekam. Aku bergidik. Aku tau siapa pemilik aura itu. Mata kami bertatapan. Sungguh, tidak ada jalan untuk melarikan diri lagi!

Rykell menatapku tajam sampai-sampai aku yakin tatapannya mampu membunuhku. Kemudian dia menatap Dokter William di sampingku. Oh tidak! Habislah aku. Dia pasti marah. Meski aku tidak mendengarnya, kulihat dari gerak bibirnya dia menggeram.

"Honey."

Dia melangkah menuju ke arahku. Aku panik. Bagaimana ini? Dia semakin mendekat. Setiap langkah kakinya benar-benar bencana. Aku bahkan yakin melihat sayap dan tanduk iblis di tubuhnya.

Saat dia berada tepat di depanku, aku tahu aku akan terperangkap olehnya lagi. Mungkin hari-hariku kedepannya tidak akan mudah seperti sebelumnya.

"You lie, baby."

tbc

Maaf aku menghilang tanpa kabar. Hari ini aku up chapter. Jangan lupa like, comen, dan tambahkan ke favorit. Pai pai anyeong🤗🤗🤗🤗

My Possesive Partner (REVISI)Where stories live. Discover now