Five-Devil King

9.9K 472 3
                                    

Apa aku baru saja salah dengar? Dia bilang, dia tertarik padaku? Bagian mana dariku yang menarik perhatian? Aku rasa, aku termasuk orang yang biasa saja. Itulah kenapa aku terkejut ketika dia berkata seperti itu.

"Maaf tuan, saya sama sekali tidak mengerti apa yang anda bicarakan. Saya masih memiliki pekerjaan setelah ini. Saya harap anda mengerti dan menyingkir dari hadapan saya."

Sungguh meladeninya membuatku lelah. Dia begitu keras kepala. Benar-benar wujud dari segala bentuk otoriter.

Seusai mengatakan itu, aku melirik reaksinya. Dia bertambah marah, kurasa. Tangannya terlihat mengepal. Apa aku baru saja menyinggung egonya? Kurasa apa yang kukatakan wajar seperti orang lain. Tidak mungkin kan jika kau harus senang jika ada orang asing yang tiba-tiba mengatakan tertarik padamu? Sudah pasti kau akan merasa takut dan cemas. Begitupun denganku.

"Aku tidak ingin menyingkir sebelum kau berjanji padaku."

Apa dia sama sekali belum pernah ditolak? Dia benar benar pemaksa sejati. Sebelum ada orang lain yang melihat, lebih baik aku selesaikan masalah ini sesegera mungkin. Kali ini lebih baik turuti dulu permintaannya.

"Baik. Saya tidak akan mendekati Dokter William lagi. Saya sudah berjanji pada anda. Bisakah anda menyingkir dulu? Saya harus bekerja. Ada pasien yang sedang menunggu saya." Kukatakan kalimat itu dengan penuh rasa percaya diri.

Rykell segera menyingkir tepat setelah aku mengatakannya. Aku segera berlari menuju ruanganku sebelum dia menahanku kembali. Rasanya sangat menakutkan. Bahkan saat aku meliriknya, aku melihat dia tersenyum. Bukan senyum ramah, namun seringai yang menakutkan. Dia benar-benar reinkarnasi dari iblis!

Nafasku ngos-ngosan ketika aku sampai di ruanganku. Aku berjalan mengambil air putih yang ada di dispenser lalu meneguknya rakus. Tak kupedulikan Alesya yang menatapku keheranan.

"Doctor, are you okay?" Raut wajah Alesya menujukkan kekhawatiran saat bertanya padaku.

Aku mengatur nafasku sebelum menjawab pertanyaannya. "I'm okay. Alesya panggilkan pasien selanjutnya."

Sambil berjalan menuju kursiku, aku mencoba menyingkirkan bayangan Rykell dari fikiranku.

Alesya membawa pasien selanjutnya. Pasien itu adalah anak berusia delapan tahun, matanya sembab yang kutebak baru saja menangis. Disampingnya ada sang ibu yang menggandeng tangannya. Aku tersenyum ramah menyambutnya. Segera kuperiksa anak itu.

*****

Jalanan kota New York terasa sangat ramai. Aku keluar dari rumah sakit pukul 6.00 p.m. Rasanya sangat melelahkan bekerja sepanjang hari. Namun senyuman harap para pasienku membuatku tidak mudah menyerah.

Aku berjalan menuju halte terdekat. Biasanya Carl, Bang Eros ataupun Papa akan menjemputku. Kali ini mereka pergi, terpaksa aku harus menaiki bus. Sebenarnya sudah lama aku ingin pindah ke apartemen yang lebih dekat dengan tempat ku bekerja. Akan tetapi lagi-lagi papa tidak mengizinkan. Kurasa aku harus mencoba membujuk papa sekali lagi.

Beberapa orang berlalu lalang di depanku. Tak jarang dari mereka berjalan sendirian. Sangat berbeda dengan Indonesia. Di Indonesia kebayakan mereka saling menyapa atau sekedar tersenyum jika berpapasan dengan orang asing. Mungkin orang-orang Amerika lebih individual. Sungguh memikirkan Indonesia membuatku cepat-cepat ingin ke sana. Sepertinya rencana liburan ke sana harus segera aku buat.

Tak lama setelah aku menunggu bus datang, sebuah mobil Bugatti melintas dan berhenti di depanku. Aku terheran. Ku tengok ke kanan kiriku untuk mengetahui siapa yang akan dijemputnya. Pandangan orang-orang tertuju pada mobil itu. Mereka kagum melihat salah satu mobil termahal di dunia itu. Aku pun sedikit kagum.

My Possesive Partner (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang