chien enragé

Mulai dari awal
                                    

"Dimana Lee Haechan?"

"DISINI!!"

Anak-anak itu reflek menoleh kearah pintu asal muasal dari suara cempreng yang seolah memantul pada dinding kelas. Disana, berdiri Lee Haechan dengan rambut dikucir dan rok yang dipakai dobel berbarengan dengan celana trainingnya.

"YA! KENAPA KAU PAKAI ROK!"

Mark berteriak lalu merasa pipinya memanas melihat Haechan yang berjalan mendekat sambil mengibas-kibaskan roknya dan berhenti tepat didepan Jeno yang menatapnya dengan wajah berbinar.

"AIGUUUU~ NAE SARANGIIII JUNG JENO~"

Tak mengindahkan teriakan Mark, bocah itu justru menoel-noel pipi Jeno dan mencubitnya gemas. Membuat kerumunan yang semula rapat itu membubarkan diri secara teratur akibat tingkah absurd Haechan. Menyadari semua yang pergi begitu saja, Haechan pun menatap ke sekeliling. Ia mendapati teman-temannya memegang benda warna-warni ditangan masing-masing. Kepalanya langsung mendongak pada Mark yang menatapnya datar.

"YA JUNG MAKEU! KAU TIDAK MEMBAGI MACARON KEPADAKU???" Teriaknya sambil reflek berdiri dari posisinya yang semula split di lantai. Teriakan Haechan membuat Mark merogoh kotaknya lagi.

"Nah!" Ujarnya sambil menyodorkan sebuah macaron berwarna oranye.

"HANYA SATU?"

"YA! KAU BERCANDA? KENAPA CUMA SATU? LIHAT! MEREKA SEMUA DAPAT DUA! KENAPA AKU HANYA SATU?"

"KETUA KELAS TIDAK BOLEH PILIH KASIH!" Pekik Haechan kembali ngegas tak terima hanya diberi satu buah macaron oleh Mark yang balas melotot padanya.

"Itu karena kau terlambat!" Ujarnya tak mau kalah. "Itu pasti karena kau bermain ke kelas lain. Iya 'kan?" Imbuhnya yang kemudian ditonton secara seksama pertengkaran dua pentolan kelas itu oleh siswa lainnya.

"INI KARENA AKU ADA ESKUL MENARI!"

"KAU TIDAK LIHAT AKU PAKAI ROK HAH?!"

Menurut Mark, waktu seakan berhenti sejenak saat Haechan tanpa aba-aba berteriak lagi dan menempelkan telapak kakinya dengan garis sempurna yang lurus siku-siku pada dinding kelas dengan rok yang terangkat. Aksi Haechan membuat seisi kelas berteriak 'woah' bersamaan karena melihat betapa tidak berdayanya sang ketua kelas yang reflek bersender mepet ke dinding dalam kungkungan Haechan yang memasang wajah galak. Reputasi Mark sebagai murid petualang yang tidak takut apapun benar-benar tidak berpengaruh pada bocah laki-laki berkulit manis tersebut.

"Alright-alright. I will give you one more, jika kau mengucapkan ikrar TK,"

"Yaa! Don't talk english jigeum!"

"This is Korea man! Don't forgot okay?" Cibirnya pada Mark yang terbiasa menggunakan bahasa inggris di sekolah sambil memutar bola matanya. Sedang Mark cuma berkedi-kedip lucu mendengar kata-kata Haechan yang selalu sukses membungkamnya itu. Mark lalu menyeka keringat yang membasahi kening dan buru-buru akan menutup kotak pink-nya.

"Ahh jinjja!" Haechan menghela nafas jengah, tangannya menghentikan pergerakan Mark.

"Jika bukan karena kue buatan Taeyong onty, aku tidak akan melakukan ini. Arra?!" Sambungnya memperingati Mark yang tersenyum penuh kemenangan atas kelemahan Haechan jika sudah menyangkut makanan manis apalagi buatan mommy-Nya. Dengan mata memicing sengit anak itupun menurunkan kakinya dari sebelah wajah Mark secara ogah-ogahan, hingga meninggalkan bekas telapak sepatu pada dinding kelas. Sambil menepuk pantat Jeno yang kotor, Mark mendengarkan dengan seksama Haechan menyebutkan ikrar TK-Nya.

"Jung Makeuri gomawonggg~"

Lee Haechan menunjukan aegyonya dengan mulut penuh yang sudah menghabiskan lima macaron hingga tersisa satu yang kini ada di pangkuan. Tak disangka setelah memintanya mengucap ikrar TK, Mark juga menambahkan hukuman dengan memintanya ikut serta membawa Jeno keliling sekolah. Imbalannya, bukan hanya satu macaron. Tapi semua yang tersisa bahkan jatah Mark juga diberikan pada Haechan yang kini duduk di bangku bersamanya.

Summer, Mom and Watermelon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang