7

13.6K 974 49
                                    

" Kerja woy " Regan menendang kaki Darren yang masih saja duduk berselonjor sambil memakan keripik singkong. Jika tidak mengingat manusia yang satu ini sangat bermanfaat untuk dirinya, Regan ingin sekali mematahkan tulang rusuk Darren menjadi seribu bagian.

" Human bisa mati kalo gak makan " Darren menjawab penuh kekesalan. Dia tidak merasa bersalah setelah perbuatannya makan di dalam kelas mampu menghantarkan Regan dan Geraldin menjalankan misi membersihkan gor sekolah yang luasnya saja naujubillah.

" Terus apa kabar gue sama Geraldin yang udah nyapu sampai bersih bahkan kinclong kaya botaknya pak Gundul ?" Regan memainkan sapunya ke arah wajah Darren, berharap cowok itu segera sadar dan mau membantu.

Darren menyingkirkan sapu itu kesal " Emang Lo mau tangung jawab kalo gue mati hah ?! "

" Gue ingetin ya kalo Lo lupa....pas pemilihan ketua paskib aja udah mirip pelatihan TNI dan lo itu gak m-a-t-i " Regan merebut keripik singkong dari tangan sahabatnya kasar. Yang benar saja, Darren itu ketua paskib, anak karate, udah kebayang deh gimana fisiknya. Masa disuruh nyapu sama ngepel gor aja alesan bakal mati.

" Udah... kita serahin aja urusan ini sama Geraldin " Darren mencoba memberi solusi yang sangat bermanfaat.

" Gue setuju "

Regan dan Darren menikmati Snack mereka sambil memperhatikan Geraldin yang terus saja menyapu. Padahal gor sudah bersih, tapi cowok itu tetap saja berisukuh jika gor ini masih terlalu kotor. Dasar cowok rajin.

Geraldin berjalan mendekati dua sahabatnya " Buruan ngepel terus kita balik ke kelas "

" Lo aja yang ngepel " Usul Darren meyakinkan. Geraldin sempat berfikir sejenak, tapi kemudian ia mengganguk setuju.

" Senangnya dalam hati...kalo punya sahabat kaya Geraldin " Darren tersenyum bahagia. Sejak kecil, Geraldin itu selalu saja menjadi pelindung Darren. Tadi saja saat Darren ketahuan makan di dalam kelas, Geraldin langsung menyergah kalo makanan itu darinya. Dan soal Regan ikut - ikutan kebawa dalam hukuman ini karena Darren sialan itu menyelipkan satu bungkus makanan ke dalam laci Regan.

" Geraldin itu kaya sayap " bisik Regan pelan.

" Maksut lo ? " Darren tidak paham

" Lo sendiri yang bilang kalo Geraldin selalu jadi pelindung lo, Alfan sama Mora "

Darren terbahak. Itu memang benar.

Darren melirik telapak tangan Regan yang lagi - lagi diperban. Sebenarnya ia curiga kenapa sahabatnya ini sering sekali melilitkan kain putih itu ke tangannya, belum lagi beberapa bekas  memanjang yang Regan akui sebagai cakaran kucing. Itu....tidak masuk akal.

Sejak lama, Darren dan Geraldin curiga jika bekas luka yang Regan dapat itu bukan berasal dari kucing peliharaannya. Bekas itu lebih terlihat seperti goresan benda tajam.

Diantara Regan, Darren dan Geraldin. Hanya anak semata wayang Maherza Putralah yang jarang menceritakan kehidupan pribadinya. Yang Darren tau, cowok itu tidak terlalu akrab dengan ibunya dan ayahnya sudah meninggal sebelum ia ia dilahirkan.

Informasi itu saja Darren dapat dari Geraldin yang kebetulan mamanya bekerja sebagai sekertaris pribadi Lavisya.

" Gan " Panggil Darren serius " Emang kucing lo seagresif apa ? "

" Se agresif waktu gue di ranjang " Jawaban Regan langsung dihadiahi jitakan kasar di kepalnya. Menyebalkan sekali. Padahal Darren bertanya penuh kecemasan.

" Bajingan lo " Umpat Darren kesal. Perlu diketahui saja, diantara mereka bertiga. Regan itu cowok paling berengsek yang suka sekali bermain - main dengan tante girang. Walaupun Darren tidak lebih baik dari Regan, setidaknya dia masih menjaga kesuciannya. Sedangkan Geraldin, jangankan pacaran, berdekatan dengan perempuan lain saja ia akan merasa  sangat bersalah karena telah mengkhianati Demora yang sudah ia beli dari Darren waktu kecil.

Iya, dulu Darren pernah menjual adiknya sendiri pada Geraldin dengan harga lima ribu rupiah. Padahal kejadian itu sudah tiga belas tahun lalu, tapi Geraldin masih mengganggap nya serius hingga sekarang. Geraldin itu polos - polos pintar gimana gitu.

" Emang Lo baru tau kalo gue itu bajingan ? " Regan terkekeh lalu menoel  dagu Darren untuk ia goda.

Darren terlanjur kesal. Dia membiarkan Regan berbuat sesukanya. Nanti juga lelah sendiri.

Tiga puluh menit berlalu.

Geraldin sudah selesai dengan pekerjaannya, sedangkan Regan dan Darren masih rebahan dengan memainkan handphone mereka masing - masing. Geraldin duduk bersandar. Mengibaskan pakaiannya dengan harapan keringat yang membanjiri tubuh nya segera kering.

Regan duduk di samping Geraldin lalu  menyandarkan kepalnya ke bahu bidang itu " Gue ngantuk "

" Tidur......gue tau lo gak bisa tidur selama dua hari. Kita balik ke kelas setelah istirahat pertama"

Regan ingin bertanya bagaima Geraldin  bisa tau jika dirinya tidak bisa tidur selama dua hari terahir, tapi matanya terlalu berat hingga dia terlelap ke alam mimpi.

Geraldin memang bisa diandalkan. Dia selalu bersikap dewasa dan mampu mengubur semua rasa egoisnya demi kebahagiaan orang yang dia sayang.

    
                                 🥀

Karena kelelahan, Regan, Geraldin dan Darren malah tertidur pulas sampai bel sekolah berbunyi. Dan sialnya mereka justru dibangunkan oleh Pak Barjo, guru olahraga paling antik se SMA Rajawali.

Bagaimana tidak antik jika ia saja terkenal sebagai guru yang hobi sekali memberi hukuman aneh pada murid - muridnya. Contohnya saja sekarang, ia menyuruh Regan, Geraldin dan Darren mencari kaus kaki bekas sejumlah sepuluh buah pasang di area sekolah.

Dan yang perlu digaris bawahi itu mereka bertiga harus mendapatkan benda bekas itu hingga dapat. Jika tidak dapat ya tidak boleh pulang. Lagian siswa dibelahan bumi mana yang membuang kaus kaki bekasnya di area sekolah ?

" Ah sial banget hari gue " Darren mengerutu sembari menendang tempat sampah. Sekolah sudah sepi sejak tigapuluh menit lalu. Tapi Pak Barjo masih saja menunggu mereka di ruang guru " Udah disuruh bersihin GOR, sekarang disuruh cari kaos kaki "

" Kegiatan paling enak itu ya cuma ndesah " Regan menyandarkan punggungnya ke tembok, dia juga malas. Geraldin yang biasanya mematuhi semua ucapan guru juga terlihat kesal. Dia malah asik tiduran di lantai koridor. Dia tidak peduli dengan kaus kaki itu, ia malah memikirkan ucapan Regan barusan.

" Regan kamu belom pulang ? " Entah darimana datangnya Reina, tapi gadis itu berhasil membuat Regan sedikit terkejut.

" Lo sendiri ngapain belom pulang ? " Regan balik bertanya tanpa minat. Reina meraih tangan Regan yang masih diperban. Dia mengelus nya pelan. Dan itu membuat Regan terpaku untuk beberapa saat.

" Masih sakit ? " Reina mengulas senyum singkat.

" Lumayan "

" Reina " Suara bariton berhasil membuat Reina terkejut. Dia lupa jika Altar sengaja datang ke kelas anak IPS untuk menjemput nya pulang " Ayo pulang "

Altar menarik tangan Reina lembut dan mengucapkan " Aku gak suka kamu Deket sama cowok lain "

Ayolah. Disini Regan kesanya sebagai perusak hubungan orang.

ANOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang