11

1.1K 225 85
                                    

I'm back~

Are you ready?


Happy reading!^^



~°~°~


Sinar mentari menyorotku dari jendela. Menembus gorden tipis yang melindunginya. Namun, bukan hal itu yang membuatku terbangun.

Sejak tadi Joshua tak bisa diam. Membuat ranjang terus bergerak. Seperti sedang gelisah. Aku ingin membuka mata dan menanyakan keadaannya. Tapi, aku takut ia terjaga semalaman. Kalau aku bangun, ia pasti ikut bangun—artinya sama sekali tidak tidur.

"Ohh God ...."

Aku tak bisa lagi menahan diri ketika mendengar gumaman kecilnya. "Josh, are you okay?"

Joshua tersentak. Ia yang semula memperhatikan langit-langit dengan serius—entah memikirkan apa—langsung menoleh.

"Kau sudah bangun?" tanyanya seraya melirik jam dinding. "Ini masih pukul enam pagi."

"Beri tahu aku pukul berapa kau bangun," ucapku kemudian beranjak duduk. Kuikat rambutku sembarang dengan ikat rambut yang melingkari pergelangan tanganku sepanjang malam.

Joshua menjawab, "Pukul lima."

"Ohh .... Memangnya pukul berapa kau tidur?"

Joshua tak menjawab. Aku menghela napas kemudian berbaring di sisinya. Kepalaku kuistirahatkan di atas dadanya. "Kalau tidak bisa tidur, harusnya kau bangunkan aku supaya kita sama-sama terjaga."

"Aku tidak ingin mengganggu waktu istirahatmu," balasnya seraya mengusap kepalaku.

Aku sedikit mendongak untuk menatapnya. "Kenapa? Masalah pekerjaan ya?"

"Hanya ...," Joshua menggantungkan ucapannya, "—aku memikirkanmu. Apa yang kau lakukan selama aku tidak ada? Apa yang kau rasakan selama aku pergi? Apakah kau baik-baik saja? Apa kau makan dengan baik? Apa kau menangis karenaku? Apa kau kesepian?"

Aku terkekeh geli kemudian menekan hidungnya dengan jahil. "Gadis mana yang tidak menangis ketika ditinggal kekasihnya tanpa pamit?! Tapi aku baik-baik saja. Kau harus berterima kasih pada Chris karena dia mau merawatku dengan baik. Bayangkan kalau aku tidak bertemu dengan teman lamaku itu di sini. Mau bagaimana?"

"Kau benar .... Dia merawatmu dengan baik sampai-sampai pipimu tebal begini," ucapnya seraya mencubit pipiku keras-keras. "Haruskah aku cemburu padanya?"

Aku mengerucutkan bibir dan mengusap pipiku. "Ya, kau harus cemburu. Aku bisa saja berpaling padanya karena dia tidak pernah mencubit pipiku seperti—aww!"

Joshua kembali mencubit pipiku. Namun tak lama ia melepaskanku, tertawa, kemudian memelukku.

"I'll never let you go," bisiknya. "I'll hold you in my arms so you can't run away from me."

"Sounds sweet," balasku, "but a little bit creepy. So let me go cause I want something for breakfast!"

Aku langsung melepaskan diri dan kabur dari pelukannya. Joshua memanggil, berusaha membuatku berbalik. Namun aku terus bergerak sehingga ia perlu beranjak dan mengejarku.

"I got you!" Joshua melingkarkan tangannya di pinggangku. Sontak membuat langkahku berhenti. Belum sempat menarik napas, ia sudah mengangkat tubuhku dan membawaku berputar-putar. Membuat tawa kami pecah di ruang tengah. Tentu menjadikan pagi ini luar biasa menyenangkan.


Under the Light [Seventeen and Stray Kids Imagine Series]Where stories live. Discover now