6

1.1K 262 35
                                    

Yuhu~

Ada yang nungguin?


Happy reading!^^



~°~°~



Pria berkebangsaan Australia itu tersenyum kecil pada layar ponsel yang menunjukkan ruang obrolan antara dirinya dengan kawan lama. Lesung pipi di wajahnya tampak dalam ketika ia tertawa, tiba-tiba teringat akan sosok gadis kecil yang suka usil namun mudah memangis.

Seperti apa rupa gadis kecil itu sekarang, ia tidak tahu. Sudah lama sekali mereka berpisah karena gadis kecil yang merupakan tetangganya di Australia itu pindah ke Kanada. Ia tak menyangka bahwa pada akhirnya akan bertemu lagi dengan gadis itu—yang kini sudah beranjak dewasa.

"Mari selesaikan dengan cepat," gumamnya kemudian beralih pada papan dada berisi data saksi dari sebuah kasus yang baru saja diselesaikannya. Bermaksud menyusun bahan untuk laporan.

Jam dinding di ruangan itu terus bergerak. Langit yang masih biru ketika ia mulai mengerjakan laporan menjadi hitam begitu pekerjaannya selesai. Ia segera merapikan mejanya. Tak lupa ia memeriksa penampilan pada cermin, tak ingin memberikan kesan buruk pada kawan lamanya.

"I'm ready," gumamnya sambil tersenyum pada pantulan di cermin. Ia segera mengambil jaket dan kunci motor, sudah siap untuk pergi.

"Chan Hyung!" Pria itu dipanggil begitu kakinya melangkah keluar dari ruangan. Rekan kerjanya, Changbin, tampak berlarian dari koridor samping menuju ke arahnya.

Christopher Bang atau yang kerap dipanggil Bang Chan selama tinggal di Korea itu berinisiatif mendekati Changbin. Bermaksud mempersingkat waktu.

"Ada apa?" tanyanya. Namun, alih-alih mendapat jawaban tangannya justru ditarik. Ia yang tadinya hendak menuju lahan parkir belakang kini harus mengikuti langkah Changbin menuju pintu depan.

Sebuah sedan hitam sudah menanti di pintu depan. Mengerti apa yang terjadi, ia langsung naik ke bangku belakang sementara Changbin mengikuti.

"Kasus apa?" tanyanya to the point. Ia melihat Jisung—yang seharusnya tidak terang-terangan berada di kantor polisi—di bangku kemudi. Tentunya tatapan itu mengintimidasi.

"Ehh," sahut Jisung gugup, "bukan aku yang punya ide menjemputmu di kantor polisi."

Jisung langsung memberi isyarat pada Changbin untuk membantunya. Tentu Changbin yang merupakan rekan tim Bang Chan di kepolisian menjelaskan, "Aku ditelepon oleh pimpinan untuk pergi ke Pyeongchang. Ada kasus pembunuhan. Dia ingin tim kepolisian kita menginvestigasinya." Pria itu kemudian melirik Jisung. "Tapi, berhubung aku sedang bersama dia ketika mendapat telepon, ya sudah kubawa saja."

"Siapa tahu ini bukan hanya jadi kasus tim legal kalian di kepolisian, tapi jadi kasus tim ilegal kita juga," sahut Jisung yang mulai melajukan mobil. "Pyeongchang adalah hunian termewah di Korea Selatan."

Bang Chan segera memeriksa ponsel untuk memeriksa pernyataan mereka. Ada dua panggilan tak terjawab dan satu pesan yang menyuruhnya mendatangi sebuah lokasi di Pyeongchang dari sang pimpinan. Ia baru sadar telah mengaktifkan mode diam pada ponselnya.

Tak ambil pusing, ia segera menaruh ponsel di saku. Tubuhnya ia serongkan menghadap Changbin untuk menerima informasi lanjut.

"Korbannya seorang pria berusia lima puluh dua tahun," Changbin membaca laporan TKP melalui ponsel, "memiliki bisnis pariwisata di beberapa negara. Tewas dengan luka tembak di bagian dada. Sejauh ini tidak ditemukan tanda-tanda perlawanan atau pembobolan. Ini laporan dari polisi setempat."

Under the Light [Seventeen and Stray Kids Imagine Series]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon