19

370 59 21
                                    

HELLO GUYS I'M FINALLY BACK❤️

Siapa yang senang aku update? Semoga bisa sedikit menghibur kalian di awal-awal tahun ini ya 🤗


Happy reading!^^



~°~°~



Aku menghentikan langkah di halaman rumah ketika menemukan Chris berdiri dengan tampak frustasi sambil menutup telepon. Ia memejamkan mata dan menarik napas panjang, setelah itu berbalik untuk masuk ke dalam rumah. Langkahnya terhenti ketika melihatku.

"Ohh ... Pony, are you ready to go?" tanyanya sedikit pelan.

Aku mengerjapkan mata dan membalas, "Of course I am. We planned to go groceries shopping, aren't we?"

"I'm sorry ...." Chris berusaha untuk tersenyum, tetapi malah terlihat menyedihkan. "I just got an important call and have to do something. Can we go later or ...."

"It's okay Chris." Aku tersenyum lebar sambil menghampirinya. "Aku ajak Jisung saja naik taksi. Kau harus menyelesaikan pekerjaanmu dahulu."

Chris menghela napas. Masih tampak setengah hati. Namun sepertinya ia juga tak punya pilihan lain. Dari raut wajah, gestur tubuh, dan caranya menutup telepon, kurasa urusan yang sangat darurat.

"I'll make up to you tonight," balasnya.

Aku tersenyum meledak. "Woah ... do you asked me to go on a date?"

"Am I?" Chris mengedipkan sebelah mata, tetapi ia geli sendiri dan bergidik. Membuatku akhirnya tertawa cukup keras.

Chris menarik satu napas panjang. Senyuman manisnya kembali menghias wajah. Ia mengangkat ponsel dan menggoyangkannya di udara. "Kalau begitu biar kupanggilkan taksi."

"Berarti aku yang panggil Jisung," balasku. Setelah mendapat kesepakatan, aku kembali ke dalam rumah. Menuju lantai dua.

Baru menginjakkan kaki di lantai dua, suara ketikan sudah terdengar. Temponya cukup cepat sehingga aku mulai khawatir kalau Jisung juga sibuk dan tidak bisa diganggu.

Langkahku terhenti di ujung lorong. Tepat di hadapan tangga kayu menuju loteng; tempat kerja Chris dan Jisung yang privasinya kujaga seratus persen. Terkadang aku penasaran akan apa yang mereka kerjakan. Namun, aku sudah janji bahwa tempat itu milik mereka dan aku tak kan pernah mengganggunya.

"Ji--"



Duk, Bruk!


"Argh!!!"

Aku berjengit ketika mendengar suara benturan dan sesuatu yang berat terjatuh. Apalagi aku bisa mendengar dengan jelas erangan Jisung dari atas.

"Jisung!" Tanpa pikir panjang, aku menaiki tangga secepat mungkin. Jantungku berdebar-debar karena khawatir.

Di loteng aku melihat Jisung terduduk di lantai kayu. Kursi yang kuasumsikan semula ia duduki terjungkal dan ada pot gantung pecah di dekatnya.

Jisung merintih sambil memegangi kepalanya. Buru-buru aku menghampiri dan berlutut di sampingnya.

"Jisung! Apa kau baik-baik saja?!"

"Ya, aku baik-baik saja," balasnya sambil membenarkan posisi duduk. Tetapi gerakannya tiba-tiba terhenti. Ia lalu mendongak dan menatapku dengan mata membulat. "E--ehh .... Noona ada di sini?"

Aku membulatkan mata, baru sadar bahwa aku melanggar janji. Segera aku menutup mataku dengan kedua tangan.

"Aku tidak melihat apa-apa! Sungguhan!" ucapku panik. "Aku mendengarmu jatuh, jadi khawatir dan buru-buru naik. Maaf!"

Under the Light [Seventeen and Stray Kids Imagine Series]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن