5

1.2K 257 25
                                    

Yuhu~ I'm back!

Makrab selesai, UTS di depan mata gaisseu :')


Happy reading!^^



~°~°~



Pagi-pagi mood-ku sudah turun. Aku semakin malas untuk beranjak, tapi sudah terlanjur bangun.

"Apa aku membuatmu kecewa?" Aku menghela napas panjang mendengar pertanyaan yang terdengar lewat sambungan telepon itu. Kembali kutarik selimut menutupi tubuhku kemudian berguling. Membuat tubuhku tergulung selimut.

"Tidak papa, aku mengerti," ucapku diiringi senyuman tipis meski tahu Joshua—penelepon—takkan bisa melihatku. "Bekerjalah dengan baik. Kita bisa bertemu setelah semuanya selesai. Jangan korbankan sesuatu yang sangat penting demi aku."

"Sorry ... I'll be there soon," ucapnya. "Segera setelah pekerjaanku selesai. Wait for me ok?"

Setidaknya kalimat itu sedikit menyembuhkan kekecewaanku. "Okay, see you soon," sahutku kemudian menutup sambungan telepon. Aku menaruh ponselku di atas bantal kemudian memejamkan mata. Separuh wajah kututupi dengan selimut.


Matahari sudah berada di atas ketika aku bangun lagi. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Wah, Joshua akan mengoceh jika tahu aku bangun sesiang ini.

Segera aku mengambil peralatan mandi dan pakaian ganti kemudian turun ke lantai bawah. Perutku baru terasa lapar ketika aku melewati dapur, tapi aku sudah terlanjur punya niatan mandi sehingga kuteruskan saja.

Begitu sampai di depan pintu kamar mandi, ruang kerja ayah yang terletak di ujung lorong terbuka. Ayah keluar dari sana dengan pakaian rapi.

"Good morning, Daddy," sapaku riang.

Ayah memeriksa jam tangannya kemudian tertawa pelan. "Ini sudah siang, Sweety."

"Daddy mau pergi lagi ya?" Aku mengurungkan niat untuk masuk dan menghadap ke arah ayah yang berjalan mendekatiku.

Ayah mengangguk pelan, membuatku sedikit kecewa karena lagi-lagi aku ditinggal sendirian. Namun harapan muncul dalam benakku ketika Ayah bertanya, "Mau makan siang di luar?"

"Bersama Daddy?" tanyaku antusias.

Senyuman hangat terlukis di wajahnya. "Tentu, masih ada waktu sebelum pertemuanku. Kita bisa makan bersama lalu menemui rekan bisnisku. Kau juga bisa ikut kalau mau."

"Kalau begitu aku akan bersiap!" Aku segera berlari menuju kamar mandi. Kusiapkan diri serapi mungkin—mengingat bahwa ayah akan membawaku menemui rekan bisnisnya.

Ayah membawaku ke sebuah restoran Jepang. Kami memesan udon, sushi, dan beberapa camilan khas Negeri Matahari Terbit tersebut. Bermaksud menemani kami sampai pertemuan bisnis ayah yang ditunda sampai jam makan malam.

"Coba yang ini, kau akan menyukainya," ucap Ayah seraya menyodorkan sebuah piring berisi makanan serupa pancake dengan saus dan taburan nori di atasnya. Aku tidak tahu makanan yang satu itu, ayah memesannya.

Aku mengerjap pelan, bingung mau memakannya atau tidak. "Hmm ... ini sungguhan bisa dimakan? Bentuknya seperti pancake. Tapi, kan, pancake manis. Aku tidak bisa membayangkan rasanya jadi asin."

Under the Light [Seventeen and Stray Kids Imagine Series]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin