🌈| 1 - GADIS BERNASIB MALANG

Start from the beginning
                                    

Menatap sekelilingnya untuk mencari seseorang, namun yang didapat hanya kegelapan di sekitar.

Tidak tau harus apa, hanya bisa menunduk sambil meremat kuat kedua telapak tangan yang sudah dibanjiri keringat dengan kedua mata terpejam.



Pria paruhbaya itu melirik buah yang baru saja dijatuhkan gadis di hadapannya. Memainkan cambuknya dengan cara mencambuk angin hingga menimbulkan suara yang amat nyaring. Gadis malang itu langsung menerjab takut.

Pria tua itu tampak sangat emosi hanya karena gadis di hadapannya mengambil sebuah makanan.

Ini sudah sering terjadi. Pria tua itu selalu marah besar ketika gadis malang di hadapannya melakukan sebuah kesalahan sekecil apapun, bahkan selalu memarahinya tanpa sebab.



Karena dengan begitu, ia merasa amat puas dengan motif semua dendamnya pada gadis penuh luka itu terbalaskan.



"MULAI JADI MALING, IYA?" Membentak dengan suara lantang membuat bibir gadis itu bergetar menahan tangis begitupun dengan tubuhnya.

Gadis itu jadi panik sendiri. Wajahnya memucat seakan darah dalam tubuh mungilnya hilang entah ke mana. Napasnyapun lebih cepat dari sebelumnya. Ia merasa seperti ketakutan besar datang menghantuinya.

Melihat pria tua di hadapannya dinaungi amarah yang meledak-ledak, ia tidak tau harus melakukan apa.

Tersentak hebat saat merasakan pria di hadapannya mencengkram kuat lengan atasnya, bahkan mata indah itu berkali-kali menutup dengan sendirinya akibat rasa takut yang memuncak.

Menggigit bibir bawahnya berupaya meredam rasa sakit yang diberikan pria tua itu ketika cengkraman di lengan semakin kuat.




Cengraman itu selalu meninggalkan bekas meskipun ia memakai gardigan. Dan ia tidak diperbolehkan untuk mengobati lukanya.




"MASIH BAGUS SAYA BAYARIN BIAYA SEKOLAH KAMU. SAYA JUGA MASIH BERBAIK HATI NGASIH JATAH MAKAN UNTUK PEMBUNUH KAYAK KAMU!" Berteriak tepat di depan wajah gadis yang menjadi lawan bicaranya dengan menggebu-gebu.

Selama bertahun-tahun sejak kejadian itu, ia selalu memperlakukan gadis di hadapannya dengan sangat tidak manusiawi.

Menatap geram anak gadis yang menyandang status sebagai Putrinya. Namun ia tak sudi mengakui itu.

Jika ia melihat gadis di hadapannya ini, entah kenapa bayang-bayang saat kejadian malam itu selalu berputar di otaknya.

Membuat ia selalu marah dan naik pitam karena kepingan itu selalu hadir saat ia menatap wajah gadis ini. Ia marah karena kepingan memori itu selalu berputar di kepalanya, hingga selalu melampiaskan semua kemarahannya itu pada gadis di hadapannya.

Rasanya amat puas jika ia sudah melampiaskan semua amarahnya dengan cara memukuli gadis malang ini. Karena dengan begitu, ia merasa bahwa dendamnya sudah terbalaskan.




Gadis itu susah payah mencoba untuk melepaskan cengraman sang papa. "Pa.. sakit ..." Dada pria di depannya kembang kempis menunjukan betapa marahnya pria tua itu kini.

"SAYA KASIH KAMU JATAH MAKAN SATU KALI SEHARI MASIH KURANG?" Bertanya sebelum menoyor kepala anak gadisnya hingga membentur lemari es yang berada di belakang tanpa melepaskan cengkramannya.




Menggeleng sambil merasakan keringat dingin mulai menyerbu tubuhnya. Napasnyapun mulai tak beraturan beriringan dengan rasa panik dan takut semakin besar mendatanginya. Bibirnya terus bergetar menahan tangisan kendati air matanya selalu turun tanpa dipandu.

"Ampun papa ..." Hanya bisa berlirih di sela-sela tangisan. Ia tak mampu menatap Sang Papa karena rasa takutnya terlalu mendominan. 

"DASAR PEMBUNUH GAK TAU DIRI!" Tidak menghiraukan lirihan Sang putri, Pria tua yang tengah dikuasai amarah itu malah menarik kuat ujung rambut gadis itu membuat dia berteriak kesakitan.





3 WISHESWhere stories live. Discover now