Epilogue

6.1K 453 342
                                    

Yang kangenn boleh dongg spam komenn hihihi.

Makasih udah nunggu, makasih udah kangenn.

...

Cklek

Tangan kekar yang dibalut sebuah kemeja putih bermotif garis-garis biru itu mendorong pelan sebuah ganggang pintu.

Terdiam selama lima detik di tempat seraya memandangi ruangan di balik pintu tersebut. 

Bibirnya seketika melukis kurva hangat dengan mata bening yang memancar rindu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibirnya seketika melukis kurva hangat dengan mata bening yang memancar rindu.

Langkah kakinya yang panjang melangkah masuk. Berhenti tepat di belakang sesosok wanita yang nampak baru saja menidurkan sang buah hati di dalam keranjang tidur.

Senyuman merekah terukir manis dari bibir sang wanita ketika sebuah lengan kekar merengkuh tubuhnya dari belakang.

Tidak perlu terkejut, dia sudah tahu siapa yang datang itu.

Aroma perpaduan woody patchouli khas yang setiap hari menyertai kehidupannya itu sudah sangat melekat dalam ingatannya. Terlebih pelukan hangat yang selalu dia sukai. Siapa lagi kalau bukan suaminya sendiri?

"Anak kita sudah tidur?" Bisik suara yang selalu menyertai ingatannya.

Sang wanita mengangguk-angguk, "Sudah, baru saja."

"Padahal aku ingin menggendongnya."

"Nanti saat jam makan malam pasti dia bangun lagi. Atau di tengah malam kalau si mungil kita ini terbangun."

"Ah, iya. Hehehe." Ucapnya sambil mengusap-usap perut istrinya. "Kamu tidak kaget aku datang?"

Yang ditanya menggeleng, "Rasanya, aku punya radar kasat mata yang langsung mengirim kode di dalam impuls-ku ketika kamu datang." Jawab sang wanita memegang tangan suaminya yang menggelitik perutnya.

Pria itu terkekeh. "Bisa saja kamu sayang."

Sang wanita ikut terkekeh ringan. Lantas melanjutkan bertanya dengan nada penuh selidik,

"Papa-nya Jeon Sarang, kenapa pulang lebih awal, hm?"

Sekarang pukul lima sore. Seharusnya jika sesuai jadwal biasanya, suaminya itu akan pulang di antara pukul tujuh hingga sembilan malam.

"Memangnya tidak suka ya, melihat suamimu ini pulang awal?" Balas sang pria seraya mengendus-endus leher wanitanya. "Aku tidak bisa menahan rindu pada istri dan anakku." Bela-nya menatap buntalan mungil kesayangannya yang telah terlelap di keranjang bayi.

" Bela-nya menatap buntalan mungil kesayangannya yang telah terlelap di keranjang bayi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seize The Night ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang