elin membuka matanya perlahan. melihat sekitarnya yang kelihatan asing. ia mencoba mengingat apa yang terjadi padanya.
flashback
elin melakukan motornya dengan kecepatan di atas rata rata. ia masih memfokuskan matanya pada mobil yang membawa reya tadi.
ia sampai di perumahan sepi dan berhenti di depan rumah mewah yang sepertinya tidak terawat karena banyak tanaman merambat dan pohon besar yang tinggi.
elin berjalan pelan memasuki pelataran yang sepi.
"bener mobil yang di depan itu mobil yang tadi tapi ko sepi"
*dug*
tiba tiba pengelihatan elin membuyar. sayup sayup ia bisa melihat muka pelaku tadi sambil membawa kayu dan matanya gelap begitu saja
flashback end
"astaga reya" ucap elin ia langsung bangun tapi naas kaki dan tangannya di ikat.
"ohh pahlawan kesianganya udah bangun" ucap salah satu pria di depannya.
elin melihat reya yang dibawa oleh mereka dengan tangan yang sama terikat dengannya dan mulut yang di tutup
"lepasin kita atau lo mau gue laporin polisi" ancam elin. ketiga pria itu hanya tertawa sedangkan reya terus menatap elin seolah mengisyaratkan agar elin tidak bicara lagi
satu pria berkulit putih dengan luka di bagian mukanya maju mendekat ke arah elin.
"ah gue ingat siapa lo. valerin putri kembaran valeron ketua ares kan" ucap pria tersebut sambil memegangi dagu elin.
elin yang kesal karena merasa di lecehkan meludahi muka pria di depannya ini.
"BERANI YA LO!" teriak pria itu sambil menunjuk muka elin.
"apa lo?! berani sama gue!"
pria yang berdiri di samping reya tertawa "matt come on gausah lo ladenin. lo bisa bawa di pulang kalo lo mau. kita urus zico dulu"
pria bernama matt ini tertawa lalu mendekatkan mukanya pada elin "lumayan buat gue jadiin ******"
elin melotot mendengar ucapan pria di depannya ini. ia memberontak ingin melepas ikatan yang berada di tangan dan kakinya ini.
reya tiba tiba menyikut dua pria di sampingnya sampai mengeluh ke sakitan. ia menendang kedua pria itu sampai tersungkur jatuh. matt langsung bangun menghampiri reya tapi kakinya di slengkat jatuh dan kepalanya terbentur lantai sampai tidak sadarkan diri.
reya berjalan ke arah elin dan membuka ikatan tangan elin dengan jari tangannya. sebaliknya elin juga membantu reya membuka ikatan di tangannya.
"lo ikutin gue lin?" tanya reya
"iya. lo gpp kan re"
reya tersenyum "gpp lin, ayo keluar dari sini"
elin dan reya berlari keluar rumah itu dengan buru buru.
"kalian mau kemana" ucap pria yang sedang bersandar di depan pintu rumah.
ia berjalan mendekat ke arah elin dan reya " perlu gue telepon zico kesini? buat jemput tuan putrinya atau-"
reya maju mendekati pria itu. elin terperangah melihat reya yang ternyata bisa bela diri.
tangan reya di pegangin oleh pria itu sampai reya tidak bisa bergerak.
"ada kemajuan juga. pasti lo belajar sama zico lumayan"
"rafly lepasin gue" ucap reya.
rafly tertawa "padahal gue belum say hai lo udah mau jalan aja, gak kangen lo sama mantan lo yang satu ini"
"diem! cepet lepasin gue!" ancam reya
"luqman belom liat lo. gue yakin pas dia liat lo pasti dia bakal-"
"sialan cepet lepasin gue!"
elin hanya melihat itu dengan bingung. reya mengisyaratkan dirinya untuk berlari meninggalkannya. tapi ia sudah berjanji pada zico.
"lin gue mohon cepat pergi" ucap reya.
"gue ketinggalan apa nih- halo reya udah lama gak liat lo terakhir pas lo dan zico ngehancurin-"
"gue mohon man kita udah selesain semuanya zico udah minta maaf dan bertanggung jawab apa lo gak cukup liat zico hidup dengan bayang bayang kesalahan dia"
luqman berjalan mendekati mereka " memang itu yang harus di rasakan oleh seorang pembunuh ya kan" ucap luqman. elin membulatkan matanya kaget.
"gue udah bilang itu semua salah-"
"SALAH APA! JELAS JELAS ZICO YANG NGEBUNUH SAHABAT GUE-"
"bukannya masalah ini udah kita selesain man" ucap zico yang entah sejak kapan sudah ada di sana bersama valeron.
elin berlari menghampiri valeron dengan raut ketakutan.
zico menatap reya yang masih di tahan oleh rafly. reya menggelengkan kepala memberi isyarat agar zico tidak macam macam.
"gue gak tau masalah lo. tapi lo! bisa kan gak kasar sama cewe" teriak valeron.
rafly tertawa" cewe lo? asal lo tau di itu bekasan gue"
valeron mengepalkan tangannya sampai buku buku jarinya membiru.
valerin menahan valeron " yon jangan"
"kita selesain semuanya dengan damai" ajak zico
luqman menyeringai "damai? huh nyawa harus di bayar dengan nyawa kan?" ucapnya meremehkan zico.
TBC.
