(9) tertukar

63 12 1
                                        

zico tengah duduk di atas motornya yang ia  parkirkan di samping cafe lalala sambil bermain ponsel. ia menggunakan jaket levis dan juga topi. sepertinya ia sedang menunggu seseorang disana.

"astaga telat kan gara gara dewo nih sialan" gerutu perempuan yang berlari masuk ke dalam cafe. zico yang melihatnya hanya tersenyum kecil. lalu ikut masuk ke dalam cafe.

"ngapain celingukan disini" bisik zico pada perempuan yang berlari tadi yang tak lain dan tak bukan adalah elin.

elin terdiam kaget, mukanya memerah karna muka zico yang terlalu dengan mukanya. ia langsung berbalik menghadap zico.

"huh? oh gpp gue nyariin tempat duduknya dimana" balas elin

zico mengangguk ngangguk "tuh situ aja" tujuk zico ke tempat duduk yang berada di outdoor. mungkin zico ingin nyebat pikir elin

"biar gak panas di dalem rame pengap" jelas zico lalu berjalan melewati elin.

----

reya berdiri di halte sendirian. ia menunggu bis ke arah rumahnya yang tak kunjung lewat. seharusnya ia pulang bersama salman tapi karna sedang ada kerja kelompok yang mengharuskan salman untuk tetap di sekolah akhirnya ia memutuskan pulang menggunakan angkutan umum.

"kiw neng sendirian aja" goda valeron yang berhenti di depannya.

reya hanya diam melihat tidak menanggapi valeron "mau bareng gak?" tanya valeron

reya menggelengkan kepalanya "engga ah takut ngerepotin"

valeron tertawa " enggalah re ayo cepetan"

"ngerepotin ga?"

"engga ayo"

"tapi rumah lo kan beda arah sama rumah gue" ucap reya. karna sepengetahuan reya rumah valeron itu berada satu komplek dengan rumah dewa.

"ck. gpp ayo" reya berjalan ke arah valeron. "nih" ucap valeron sambil memberi helm untuk reya. reya memakai helm yang di berikan valeron tadi tapi ia kesusahan untuk mencetek helmnnya.

valeron tersenyum gemas melihat reya ia langsung membantu reya "kayak gini doang gak bisa" ledek valeron. reya cemberut memang biasanya ia selalu menggunakan helm fullface milik zico.

reya langsung diam saat melihat motor milik valeron "pegang aja bahu gue gak bayar" celetuk valeron

"beneran gpp gak ada yang punya juga" reya menghembuskan nafasnya kasar. ia baru tau kalau valeron secerewet ini.

reya langsung naik ke motor valeron yang tingginya melebihi motor dewa yang paling ia benci.

valeron membuka jaketnya lalu memberikan pada reya "tuh pake" reya terlihat bingung dengan sikap valeron "buat paha lo tuh mau kaya paha ayam di liatin orang orang" jelas valeron. reya langsung memakai jaket valeron untuk menutupi pahanya.

"gue kira pendiem ternyata lebih lebihan dari dewa" gerutu reya.

-----

sambil menunggu makanan pesanan mereka datang zico dan elin sibuk memainkan ponsel mereka masing masing. tidak ada obrolan hangat seperti yang elin inginkan.

"gue mau minta tolong sama lo" ucap zico membuka obrolan.

elin langsung menatap zico "minta tolong apa?"

"jagain reya selama gue gak sekolah. gue gak percaya sama yang lain selain lo" jelas zico

sebenarnya elin senang mendengar zico percaya dengannya tapi–

"reya udah gue anggep kaya adek gue sendiri, gue takut karna dia deket sama gue dia dalam bahaya" ucap zico

"hm iya"

mereka diam tidak membuka pembicaraan lagi. elin baru sadar kalau zico tidak menggunakan seragam sekolah dan sejak kemarin ia tidak meliha zico di sekolah.

"lo gak masuk sekolah?" tanya elin

"gue di skors 2 minggu, valeron gak bilang emang?"

"oalah"

"rendy juga" ucap zico seperti memberi tahu elin

"ohh"

"euu– gue gak pacaran sama rendy" ucap elin, zico menatapnya dalam diam lalu tersenyum. senyum yang membuat elin ingin pingsan

"gue tau"

"oh ya co gue–"

"ini mba mas pesanannya" ucap pelayan cafe yang datang membawakan makanan













A/n

di gantungin maaf ya guys wkwk

s͜͡o͜͡k͜͡i͜͡n͜͡ k͜͡o͜͡n͜͡g͜͡k͜͡o͜͡w͜͡Where stories live. Discover now