(7) girls talk

66 14 2
                                        

sudah dua hari ini reya tidak ikut bergabung dengan rambo. ia sudah berjanji tidak akan dekat dengan anak rambo ataupun ares lagi. itu semua ia lakukan untuk melaksanakan hukuman yang seharusnya di terima oleh rendy dan zico.

rambo dan ares mempunyai peraturan yang sangat ketat, champ yang membuat peraturan itu dan sampai sekarang masih berlaku baik untuk rambo ataupun ares.

"rey mau ngantin ga?" tanya fye teman sekelasnya.

" engga fye makasih" balas reya, ia memilih memasang headphone dan membaca buku pelajaran.

"makan tuh" ucap salman yang datang membawa sebungkus roti dan susu kotak.

"makasih" reya menerima pemberian salman

salman duduk di depan reya sambil memibun kopi kalengan yang ia beli di kantin

"udah sana balik ke tempat duduk lo" ucap reya

salman menggelengkan kepalanya "kenapa? karna lo udah keluar dari rambo? re denger ya mau lo keluar atau apalah itu lo tetep sepupu gue"

sebenarnya reya bukan takut salman bermasalah dengan rambo. ia cuman tak mau salman jadi bahan pembicaraan murid satu sekolah.

untuk masuk menjadi anggota rambo dan ares sangatlah susah. banyak peraturan yang harus di patuhi.

"re gue siap kalaupun harus di keluarin rambo" ucap salman

ilham, arsa dan elin masuk ke dalam kelas bersamaan. salman melihat mereka dengan tatapan cuek. padahal mereka semua berada dalam satu kelas. salman tipe orang yang malas berbasa basi untuk berteman, jalankan kepada orang lain dengan anak rambo yang lain saja salman jarang berbicara.

"shut mata lo sinis banget" tegur reya

"emang udah dari sananya begini" jawab salman

*ting*

valerin

re, bisa ke rooftop sekarang? 

kenapa?

ada yang mau gue omongin

reya langsung melihat ke arah valerin dan mengangguk

iya

"man gue ke kamar mandi dulu ya" izin reya. salman mengangguk lalu membalikan badannya menghadap depan dan kembali membaca buku paket lesnya.

-----

di rooftop reya menunggu ke hadiran elin karna tadi ia berjalan kesana terlebih dahulu agar tidak ketahuan.

"re" panggil elin lalu duduk di samping reya

"ada apa?" tanya reya. selama ini reya mengenal elin sebagai pribadi yang tertutup pendiam dan dingin. berbeda dengannya yang masih berbaur dengan yang lain elin lebih sering berkumpul dengan anak ares.

"maaf ya"

" hm? maaf soal–" reya tertawa kecil saat paham yang di maksud elin "lo gak salah kenapa minta maaf ?"

"gue– beneran gak ada apa apa sama rendy waktu itu gue nganterin dia beli sepatu buat basket " jelas elin.

"elin, elin gak salah ko gue ngerti dan mungkin emang ini udah jadi akhir hubungan gue sama rendy"

"tapi tetep aja gue gak enak"

"kasih kucing wkwk gpp selow sama gue lin"

"lo juga jadi keluar dari rambo" ucap elin menyesal

"gpp gue juga udah gak bisa bagi waktu, sibuk ngurus osis sama yang lain" ucap reya

elin tersenyum kaku. karna untuk pertama kalinya mereka duduk berdua bercerita seperti ini.

"lin" panggil reya

"kenapa?"

"lo– suka sama zico?" elin yang mendengar pertanyaan reya langsung kelagapan menjawab. mukanya memerah seperti kepiting rebus.

"hehe ketara ya" ucap elin sambil menyengir

reya tersenyum "iya ketara banget" elin menggaruk tekuknya malu, padahal ia sudah bersikap biasa saja.

"jangan cemburu ya kalo gue deket sama zico terus kemarin, zico udah nganggep gue kaya saudara perempuannya" jelas reya

"huh? engga ko hehe"

"zico itu kaku, anaknya males, dia juga gengsian, ya gitu deh"

"hehe iya"

"mau gue bantuin deket sama zico?"

elin langsung salah tingkah. sedangkan reya tertawa gemas melihat sikap elin.

"hehe mau"

"jadi sekarang kita temenan?" tanya reya

"emang kemarin kita bukan temen?" tanya elin. reya tersenyum kikuk.

"oke mulai sekarang kita sahabatan"

"huh? iya iya"

ternyata elin salah beranggapan kalau reya adalah perempuan yang kaku dan ribet

----

reya berjalan di koridor sekolah bersama dengan elin. suatu pemandangan langkah yang jarang di liat tentunya. walaupun sama sama menjadi anggota geng terkenal mereka jarang berjalan berdua seperti ini. terlihat akrab dan hangat.

"dewo gue salah liat apa gimana nih" tanya etam

"apaan?" etam langsung menunjuk elin dan reya yang sedang jalan berdua sambil mengobrol.

"wahh ada apa nih"

"ck gue rasa ada yang aneh"

"aneh aneh bau kentut lo nih yang aneh" teriak alex

"anjir wo jorok lo" tuduh etam. dewo hanya menyengir lebar.

s͜͡o͜͡k͜͡i͜͡n͜͡ k͜͡o͜͡n͜͡g͜͡k͜͡o͜͡w͜͡Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz