Perangkap

24.8K 2K 134
                                    

Halaman SMA Global sore itu tengah dibanjiri siswa-siswi berseragam putih abu-abu. Mereka baru saja keluar dari kelas dan akan segera pulang ke rumahnya masing-masing.

Terlihat Rio__sendirian, sedang berjalan santai menuju pintu gerbang sekolah.

"Ri...! Rio...!"

Langkah kaki Rio terhenti, saat kupingnya mendengar seseorang telah memanggil namanya. Ia memutar tubuh sembilan puluh derajat, untuk melihat siapa yang sudah memanggil dirinya. Mengrutkan keningnya, Rio menatap heran ke arah Andika__remaja yang sudah tergabung menjadi anggota geng Jamal, tengah tergesa-gesah berlari mendekatinya.

"Ada apa?" Heran Rio setelah Andika sudah berhenti di hadapannya__dengan napas terengah, akibat kelelahan.

Terlihat Andika mengatur pernapasannya, sebelum ia menjawab pertanyaan Rio. "Nggak papa, gue cuma mau tanya. Tar malem lu ada acara nggak?"

"Nggak ada. Kenapa?" Jawab Rio.

"Bagus deh," Andika mengembangkan senyum. Jawaban Rio membuat dirinya senang. Semoga ia berhasil mengajak Rio untuk pergi ke tempat diskotik. "Gue mau undang lu ke acara ulang tahun gue."

"Lu ulang tahun?"

"Iya..." jawab Andika berbohong. Setelah itu ia tertawa singkat. "Ntar malem sih pas jam dua belas. Gue bikin pestanya sekalian malam ini."

"Oh gitu?" Beberapa saat Rio terdiam. Ia sedang menimbang ajakan dari Andika.

"Dateng ya?" Bujuk Andika. Ia merasa khawatir lantaran melihat keraguan di wajah Rio.

"Gue usahain, tapi gue nggak janji." Tatapan Rio menatap penuh selidik ke arah Andika. Ia merasa curiga kalau ia akan dijebak, mengingat bahwa Andika saat ini sudah menjadi anggota gengnya Jamal. Bukannya Rio berprasangka buruk. Ia hanya mencoba waspada, lantaran antara ia dan Jamal tidak pernah terlihat akur.

"Yah, kok gitu?" Rasa kecewa tergambar jelas di raut wajah Andika. Sepertinya dua puluh juta yang dijanjikan sama Jamal, tidak akan bisa ia dapatkan. Tapi ia tidak menyerah begitu saja, ia akan berusaha sebisa mungkin agar bisa mendapatkan uang tersebut. "Dateng dong, pliss...!"

Wajah Rio terlihat datar saat melihat Andika tengah memohon penuh harap padanya. Sebenarnya ia merasa tidak sampai hati jika menolaknya, tapi entahlah, perasaannya tiba-tiba saja mendadak tidak enak.

"Lu kan udah jadi gengnya Jamal sekarang. Lu pasti ngundang dia juga kan. Lu juga tau gue nggak bisa deket sama dia. Lu mau acara lu jadi ancur gegara kita ribut?" Ujar Rio dengan gaya bicara yang menyelidik.

"Eum... iya sih. Tapi gue nggak ngundang dia kok. Gua ada pesta sendiri nanti khusus geng kita." Elak Andika, ia berharap Rio bisa percaya dengan alibi nya. "Jadi nanti malam tuh acara khusus buat kelas sebelas aja. Nggak semua gue undang juga sih, cuma beberapa aja. Dan gue nggak mungkin banget kalo nggak ngundang lu..."

Kata-kata Andika membuat Rio terdiam. Kedua matanya menyipit, masih menatap curiga kepada Andika. Mungkin karena Andika pandai berakting, sehingga Rio tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan di wajah Andika.

"Ayolah, plis. Gue mohon banget. Masak lu nggak ngabulin permintaan gue. Ini kan hari spesial gue..." Andika sengaja memasang wajah sedih supaya Rio mau menerima ajakannya.

"Tapi gue nggak tau rumah lu." Ucap Rio.

Mendengar itu senyum Andika mengembang. Itu artinya ia punya harapan kalau Rio bersedia hadir di acara ulang tahun palsunya.

"Gue nggak ngrayain di rumah, tapi di cafe..." jawab Andika. "Ntar gue whatsappin alamatnya sama lu."

Rio kembali terdiam, sebenarnya ia terlihat sangat bimbang. Cuma karena Andika terlihat sangat mengharap, sehingga dengan terpaksa Rio memutuskan.

Hamil {Cowok Hamil}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang