Lima

9.2K 1K 36
                                    

"Nama kamu?" Widya menatap tajam laki-laki dihadapannya ini. Jangan dia pikir jika dia berdiri tegap sambil bersender ke dinding dan memasukkan kedua tangannya begitu ke saku maka akan membuat dia goyah. Sebenarnya sedikit, dia goyah sedikit.

Sejujurnya dia berharap gadis tadi yang menanyakan hal ini padanya. Jadi dia hanya tinggal menjawab dan mereka bisa bertukar nomor ponsel lalu selesai. 'Selesai? Yakin lo? Bukannya lo yang ngotot narik-narik dia dari tadi?'

Dia tersenyum juga. "Radit. Saya bukan orang jahat. Teman kamu..."

"Saya sudah tahu. Kamu mau ajak dia kemana?"

"Kamu adiknya?" Matanya menatap gadis yang berukuran mini, berkaca mata namun berani sekali.

"Kamu nggak jawab pertanyaan saya."

Radit menghela nafasnya. "Saya butuh alasan untuk ajak dia keluar makan siang, atau minum kopi. Dia bahkan dari tadi belum kasih tahu namanya. Apa teman kamu itu punya pacar?"

Ekspresi wajah Widya berubah terkejut mendengar pengakuan gamblang laki-laki dihadapannya ini. Namun itu hanya sesaat. Wajahnya kembali mengeras tegas. "KTP kamu siniin."

"Kamu satpam pakai tinggal KTP segala?"

"Ya udah kalau gitu batal. Kita semua lebih senang kalau kamu nggak ganggu teman kita."

"Oke-oke." Radit mengeluarkan KTPnya dari dalam dompet.

Gadis mungil dihadapannya dengan sigap memotret KTP Radit dengan ponselnya. Tidak sampai disitu, dengan tiba-tiba wajahnya difoto paksa. Dia menggeleng kesal.

"Terimakasih. Tunggu disini." KTP itu diserahkan kembali.

***

"Gimana Wid?" Alya bertanya penasaran.

"Jalan deh kalau mau jalan. Gue udah simpen KTPnya dan foto mukanya."

"Mana doong, gue mauu fotonya." Sandra merengek.

"Kalian nggak khawatir keselamatan gue apa?" Asha menatap teman-temannya tidak percaya.

Tangan Widya membetulkan lagi letak kacamatanya. "Sha, pertama dan dengan berat hati lo salah. Kedua, itu kemeja Armani. Ketiga, rumahnya di daerah Menteng dan gue tahu berapa harga jam tangannya. Intinya, yang ini emang beneran bukan orang sembarangan."

"Yaaah Wid, gue tambah ngeri malahan."

"Lo bakalan baik-baik aja. Kita stand by deh kalau lo call dan alert kita, itu KTP langsung melayang ke bokap lo." Ya, ayah Asha adalah polisi dengan bintang dua.

"Oke lah. Doain aja gue nggak kenapa-napa."

"Yang mesti dijagain itu hati lo kayaknya deh Sha. Cowok ganteng gitu." Sandra berujar lagi.

"Jejeee...kok lo ngak belain gue siih?" Asha panik lagi.

"Sha, sebenernya lo takut apa? Takut jatuh cinta? Emang lo udah move on dari si abang itu?"

Asha langsung merengut kesal. Tubuhnya berdiri lalu dengan terpaksa berjalan ke pintu. Ketika Asha sudah berlalu, semua mata memandang Widya.

"Girls, gue rasa sudah saatnya Asha move on. Kalian nggak berpikir begitu?"

***

"Jadi mau kemana?" Mereka sudah berjalan beriringan ke basement bawah.

"Tempat kamu atau tempat saya?"

"Hah? Mau ngapain?"

"Ya cuciin kemeja saya lah. Apalagi?"

Asha diam sesaat. Berpikir keras karena sungguh dia tidak berpengalaman menghadapi situasi seperti ini. Biasanya hubungannya dengan kebanyakan laki-laki adalah murni urusan pekerjaan. Jadi ini aneh sekali.

Love, Hate and Something in between (TERBIT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora