Empat

9.5K 1K 32
                                    

Langkahnya panjang-panjang. Entah kenapa secuil pikirannya masih berada disana. Lobby apartement tadi. Dia seperti melihat sosok itu berdiri disana. Tapi pasti bukan. Pasti.

Sudah jam 1 lebih ketika dia menuju supermarket yang ada di lantai bawah gedung ini. Segera memilih buah naga merah lalu menimbangnya. Juga langsung meminta tolong Mba pramuniaga untuk membuatkan jusnya. "Lima gelas ya Mba, jangan pakai gula. Yang satu nggak usah ditutup atasnya, saya mau minum langsung."

Setelah itu dia pergi membayar dan kembali lagi ke counter tadi untuk mengambil pesanannya. Gelas-gelas lain sudah aman didalam plastik yang sedang digenggam satu tangannya, sementara ditangan yang lain Asha sibuk menggenggam gelas untuknya sendiri. Bibirnya sudah menyeruput jus itu karena sungguh sedari tadi dia haus sekali. Dia mulai melangkah ingin beranjak pergi.

Ada yang bilang bahwa sangat disarankan kamu tidak melakukan apapun lagi ketika sedang berjalan kaki. Entah itu menelpon, minum jus tanpa sedotan, atau bahkan mendengarkan music dengan head set. Karena hal-hal itu bisa mengganggu pikiran kita sehingga tidak fokus pada apa yang ada didepan mata. Kasus kali ini, adalah bukan pengecualian.

'BRAAK.' Tanpa sengaja Asha menabrak seseorang.

Oke, ini juga klise sebenarnya. Tapi sungguh Asha tidak sengaja. Mana mungkin sengaja juga, yang ada ditangannya kali ini adalah jus buah naga merah. Bayangkan warna merah pekat itu jika terkena pakaian pasti repot sekali membersihkannya. Dan siang ini Asha sedang mengenakan kemeja putih longgar favoritnya. Jadi dia sangat tidak sengaja, tanpa punya motif apapun. Ya motif apa juga? Karena dia tidak tahu siapa manusia random yang akan ditabraknya siang itu kan?

'Duuuh, begooo bangeeet sih gueeee.' Rutuk Asha dalam hati. Kepalanya yang menunduk menatap kemeja kesayangannya sedih langsung berpindah menatap sosok yang dia tabrak.

"Ya ampun maafin saya. Saya bener-bener nggak sengaja." Matanya baru tiba di dada bidang seorang laki-laki berkemeja santai warna biru laut. Lalu kemudian dia mengangkat penuh wajahnya, menatap laki-laki itu.

"Okey, kamu harusnya memang nggak boleh minum sambil jalan, atau bahkan berdiri."

"Saya beneran minta maaf." Asha berujar pasrah. Seorang janitor yang kebetulan melihat kejadian perkara segera mendekati mereka berdua yang masih berdiri.

"Biar saja Mba, saya yang bereskan."

"Ya ampun Mas. Maaf ya." Tangan Asha refleks mengeluarkan sekotak kue yang tadi sudah dia beli dan memberikannya pada janitor itu.

"Oh nggak usah Mba, ini tugas saya kok."

"Tapi saya yang salah. Saya ngerepotin Mas. Ambil ya, please. Saya masih punya satu lagi kok."

Janitor itu tersenyum lalu mengambil kotak kue dari tangan Asha. "Makasih ya Mba."

Asha membalas senyumnya lalu kembali menatap laki-laki tanpa nama dihadapannya ini.

"Saya dikasih apa nih?" Wajahnya menatap datar Asha sambil matanya melirik kemeja birunya yang penuh noda merah.

Dahi Asha mengernyit sesaat. "Yuk." Kepalanya memberi tanda agar laki-laki itu mengikutinya.

"Kemana?" Laki-laki itu tidak bergeming.

"Diatas ada mall, saya beliin kamu kemeja baru. Saya beneran minta maaf." Dia berdecak kesal lagi masih marah pada kebodohan dirinya sendiri.

"Nggak mau, kemeja kamu bahkan jauh lebih parah kondisinya. Nanti kita disangkain habis tusuk-tusukkan lagi."

"Terus gimana dong?" Asha berujar bingung. Dia menggigit bibirnya cemas.

Love, Hate and Something in between (TERBIT)Where stories live. Discover now