5. | Cerpen | : Pelangi Impian

4.3K 109 17
                                    

Percayalah semua anak sekolah itu nakal. Tidur di kelas, mencontek, membuat contekan, keluar masuk BK, bolos pramuka, bolos pelajaran, menjahili guru, dan masih banyak lagi.

Terlepas dari itu semua, mereka semua pasti memiliki cita-cita ... impian indah di masa depan. Begitupun dengan aku, aku nakal, aku juga manja dan keras kepala. Sering kali egois juga bersikap kekanak-kanakan tapi aku juga punya impian yang harus aku gapai. Sebuah keinginan yang harus aku dapatkan.

Tak peduli walau orang lain bahkan keluargaku sendiri menentang, karena aku adalah aku yang akan luar biasa dengan caraku sendiri ....

Sabtu pagi, aku terlihat malas-malasan di atas kasur dengan ponsel di tanganku. Bapak yang baru saja bangun dari tidurnya menatapku seperti menatap pisang. Aku balas menatap sembari menyengir lebar tanpa repot-repot mengubah posisi rebahanku.

"Teteh, itu emak lagi nyuci," ucap bapak.

Aku yang sesaat mengalihkan pandangan kembali menatapnya. "Iya, Rere tahu." Kembali mengalihkan pandangan pada ponsel, aku tak lagi menatap wajah bapak.

"Bantuin!" sentak bapak sembari melotot.

Terlonjat kaget, aku kemudian mengerucutkan bibir kesal. "Kan tadi udah nyuci piring sama nyapu pak."

Aku mendengar bapak menghela napas kemudian berlalu pergi. Aku kembali keposisi semua, membaca novel lewat sebuah aplikasi berlambang W yang merupakan dunia orange bernama wattpad.

Dari dunia orange itulah aku mulai berambisi menjadi seorang penulis hebat. Menciptkan karya-karya luar biasa yang akan disukai banyak orang. Bukan sekedar menambah pengetahuan orang-orang yang membaca karyaku tapi juga dapat menghibur.

Walau sebagian orang berpendapat penulis yang tak seberapa sepertiku ini hanyalah seorang pengangguran super malas, aku tak pernah mendengar dan tak akan mendengarkan asumsi kejam mereka. Karena faktanya, menjadi penulis tidak semudah yang mereka katakan.

Ini bukan sekedar menulis ide atau menerbitkan sebuah karya. Tapi juga tentang menjaga mood, meluangkan waktu, dan sabar serta tabah dalam menghadapi penghujat yang kian merusak motivasi!

Perlu kalian ketahui, dibalik cerita yang kalian baca dan nikmati ada seorang penulis yang pusiiinnnggg, stres, rambut rontok, setres, mata panda, setres, setres, dan setres. Intinya setres.

Bekerja dengan otak itu memang memiliki potensi setres yang lebih besar. Aku sendiri tidak tahu mengapa sampai sekarang penulis-penulis hebat di luaran sana masih belum masuk rumah sakit jiwa? Padahal aku yang penulis amatiran saja sering sekali migrain.

"Re, main hp mulu nggak bosen apa?" tanya emak yang baru saja selesai mencuci.

"Lagi nulis mak," jawabku singkat.

Emak memang sudah tahu tentang keinginanku untuk menjadi seorang penulis.

Emak mendekat, duduk di tepi ranjang sembari meluruskan kakinya kemudian berkata, "Katanya waktu itu udah selesai."

"Apanya?"

"Nulisnya."

Aku loading ... mencoba mengingat-ngingat, tiga detik kemudian aku ber-oh ria dalam hati. Mendengus lalu aku menjawab datar, "ini beda lagi."

Event (1) Melangitkan Impian [ Sudah Terbit ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang