39. Upload

960 117 3
                                    

Gelang siapa, ya, kira-kira?

Pikiran Rani terus melayang memikirkan siapa yang punya gelang antik seperti itu. Memang di sekolahnya tidak diperkenankan untuk memakai gelang, tapi gelang itu tidak ditampakkan di luar, saat bersekolah. Orang itu menaikkan sedikit ke atas, hingga lengan panjang kemejanya menutupi gelang tersebut.

Diah ... mungkinkah? Atau Sinta? Masa, sih?

"Aku udah lapor ke polisi," ucap Reno yang tiba-tiba berada di depan pintu kamar. "Tapi ditolak. Dia bilang aku cuma halusinasi, dan polisi itu bilang, kalau itu gelangmu dan aku masih di bawah umur, ndak ngerti apa-apa." Reno mendengkus. "Sumpah! Pengen aku pukul itu polisi."

"Biarin. Toh kalau aku mati memang saatnya." Rani sudah pasrah. Ia tak akan menghindar lagi. Dibiarkannya penjahat itu berkeliaran, toh kalau dicari juga akan susah.

"Ndasmu! Password email apa?"

"Buat apa?"

"Udah!! Password-nya Mbak, apa?"

"Ranersaforever."

"Ranersaforever? Mbak suka sama Mas Ersa, sampai dipakai buat sandi, gitu?" Reno tertawa, sementara Rani diam tanpa ekspresi, ia rindu sekali dengan Ersa. Dirinya sadar telah menyakiti Ersa saat mendiamkannya.

***

"Halo! Maaf mengganggu malam kalian, ini aku adiknya Mbak Rani. Dia sekarang lagi ndak enak badan, ada yang membuat hatinya kalut.

"Kumohon, siapa pun yang tahu pemilik gelang ini," ucapnya sembari mengangkat gelang yang berada di dalam plastik dan menunjukkannya ke kamera, "tolong kalian langsung hubungi lewat Messenger ya, Reno Haqisa. Mbak saya kemarin dapat musibah berupa rencana pembunuhan. Untungnya gagal. Dan gelang ini milik si pembunuh itu. Tolong bantu saya, ya!"

Reno menutup kamera. Setelah tersimpan, ia mulai memindahkan file tersebut pada ponselnya. Berharap cara tadi dapat mengungkap siapa pemilik gelang itu. Tindakannya begitu gegabah, tanpa izin Rani dan ceroboh. Tidak akan ada yang mengakui gelang itu, justru malah ia akan jadi korban begal.

Setelah melalui proses editing, ia mengunggah video tersebut ke akun Rani. Rani tidak mengetahui itu, karena akhir-akhir ini pun ia malah tidak berselera untuk memegang kamera, ponsel ataupun laptop.

"Selesai!" Sejenak, Reno memejamkan mata. Ia mendapat pengelihatan yang samar. "Jam tiga sore, pulang sekolah," gumamnya. Entah apa yang dimaksudnya.

Horror Vlogger (Completed)Where stories live. Discover now