35. Gagal Membunuh

974 129 6
                                    

Malam hari terasa sepi karena hujan. Hujan deras kali ini mampu membungkam mulut-mulut usil tetangga, sekaligus waktu yang tepat untuk mulai mengarungi samudera impian. Tanah yang pecah, kini menjadi becek dan air pun mulai naik setinggi dua sentimeter.

Rani di ruang tengah, merasa bosan dengan bacaan horornya itu. Tiga buku ditaruh di meja. Rencananya akan ia baca semua. Sayangnya belum satu buku pun ia berhasil baca. Pikirannya melayang ke mana-mana. Akhirnya ia memilih untuk beristirahat di kamarnya saja. Meninggalkan kedua orang yang dicintainya di ruang tengah.

"Mbak! Jangan ke kamar dulu," cegah Reno sembari menarik baju Rani, hingga lehernya tercekik. Ia melepaskan tangan adiknya dari baju yang dipakainya.

"Kenapa?"

"Sini aja, dulu. Ngumpul sama keluarga."

"Keluarga? Satunya mana?" Ia kesal dengan sang ayah yang jarang sekali pulang lebih awal. Bahkan dulu saat menjemput ke studio pun telat, hingga hal-hal mengerikan menimpa Rani.

Reno menghela napas. Merasa khawatir akan kakaknya. Ia mempunyai firasat buruk. Jika bukan ia yang mencegahnya, siapa lagi? Tidak ada yang mempunyai firasat seperti Reno. Seperti film negatif, gambaran itu terlintas kala Reno masih di sekolah. "Biar Reno antar," tawarnya.

"Nggak usah."

"Ya udah, pergi, sana! Mbak ndak ngerti apa yang Reno rasain." Amarah Reno tiba-tiba meledak kala tolakan Rani dilontarkan. "Ibu sama Mbak ndak akan ngerti sama Reno. Selama ini Reno diem. Tapi ndak untuk sekarang. Reno punya firasat buruk!"

Ya, Reno adalah sosok indigo, yang selama ini menyembunyikan kemampuannya. Ia tidak ingin dianggap gila oleh orang di sekitarnya. Namun, hal-hal gaib yang sering menerornya itu yang membuat dirinya buka mulut.

Mbah Sarni pernah mendatangi Reno di mimpi, di dapur, di mana pun. Reno sering menolak halus permintaan tolongnya, karena ia tidak tahu apa-apa. Kuncinya ada di Rani.

"Ya udah, antar!" Rani dan Reno berjalan ke kamar Rani. Perasaan Reno sudah tidak enak.

"Tunggu, Mbak. Mbak baringan dulu, aku matiin lampu, abis itu mbak keluar, ya! Taruh bonekamu di tempat tidur. Kita liat, apa yang akan terjadi," ucap Reno seperti paranormal. Rani menurutinya. Ia tidak ingin berdebat.

Beberapa menit kemudian, suara seperti benda jatuh di atas meja terdengar. Reno melarang Rani untuk menghampirinya. Dibuka pelan pintu itu.

Tar!!!
Jendela menutup secara kencang. Dinyalakannya lamou kamar. Reno melihat sebuah pisau menancap pada boneka yang tertutup selimut itu. Tepat bagian atas. Itu berarti bagian leher manusia. "Lihat!" Reno menunjuk pisau itu dan jendela yang terbuka sedikit.

Rani tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Ia hampir saja menjadi korban pembunuhan. Kali ini manusia, bukan hantu. "IBUUU!!!"

Ira segera berlari menghampiri anak-anaknya. Kemudian Reno menceritakan apa yang terjadi dan tentang kemampuan Reno sejak kecil.

Horror Vlogger (Completed)Where stories live. Discover now