19. Teror

1.1K 153 5
                                    

"Lah, kalian ini kenapa, toh?"

Rani dan Ersa merasa lega, karena yang di belakang mereka adalah manusia. Sarah. Ersa mulai berpikir keras, sejak kapan kakaknya ada di belakang mereka. Terakhir mereka lihat ia menembangkan tembang di atas panggung.

"Mbak Sarah kok ... b-bisa ada di sini, sih?" Rani gugup saat bertanya.

"Loh, memang ndak boleh, aku di sini?" jawab Sarah galak.

Rani menggeleng, bukan itu maksudnya. Ia hanya merasa merinding terhadap Sarah, yang tiba-tiba berada di belakang mereka.

"Lingsiiir wengiii ... Hihihihi!!!"

"AAA!!!" Ersa berlari menjauh dari sosok yang menyerupai kakaknya yang ia sadari ternyata bukan Sarah. Rani pun ikut berlari, dan ia tersandung sehingga jatuh. Ia menoleh ke belakang dan menjerit lagi. Sosok menyerupai Sarah tersebut tidak menapakkan kaki. Tawanya mengerikan.

"Heh, Nduk! Ayo!" Seorang nenek tua membantu membangunkan Rani dari jatuhnya. Setelah berdiri, ia ditanya, "Kamu ini ngapain di sana?"

"Tadi, diajak temen, Mbah. Katanya, mbak yu-ne mliriki kula terus. Dia malah lari ninggalin kula, Mbah," jelas Rani.

Sekilas nenek tersebut melihat ke arah panggung. "Arek tengah itu ta?" Rani mengangguk.

"Kamu jangan di sana. Pergi ke tempat ramai saja."

"Nggih, Mbah." Dengan tertatih, ia meninggalkan nenek tersebut dan kembali ke ibunya yang duduk dengan Reno dan Ersa.

***

Sebab mengantuk, Rani pulang pukul 22.30. Tempat pertunjukan memang ramai, tetapi jalan pulang sepi ditambah gelap.

Ibunya baru menyadari ketika di rumah. Ia melihat luka di kaki Rani. "Kamu tadi jatuh, ya?" Rani menggeleng berbohong. "Ibu tadi liat Ersa lari, loh. Tapi dia diam juga. Ada apa?" Lagi-lagi Rani menggeleng.

"Yang bener?" Rani mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Rani kemudian berjalan tertatih menuju kamarnya. Ia menutup pintu, lalu menguncinya. Tidak lupa menutup jendela dan gorden agar tidak terganggu oleh angin malam.

Ditelentangkannya tubuh di atas kasur. Meletakkan tangan di bawah kepalanya sebagai bantal. Ia masih kepikiran dengan makhluk tadi. Sebenarnya makhluk apa, itu? pikirnya.

Tarrr!
Kaca kamar Rani pecah terkena hantaman dari luar. Rani turun hendak mengeceknya, tetapi ia menemukan sesuatu.

"Batu dibungkus kertas?" tanyanya pada diri sendiri. Ia membukanya.

Matanya memelotot seketika melihat tulisannya. Darah! Iya, tulisan itu ditulis dengan darah berwarna sedikit kecoklatan. Diketahuinya itu darah dari aromanya yang anyir. Bertuliskan, "JANGAN MACAM-MACAM, BOCAH!"

Rani buru-buru mematikan lampu kamar dan meringkuk ketakutan di bawah selimut bulunya. "Apa ini kerjaan Mbak Sarah?" gumamnya. Ia tidak ingin memikirkan lebih jauh lagi. Kemudian dirinya memaksakan diri untuk tidur.

Horror Vlogger (Completed)Where stories live. Discover now