16. Mbak Sarah

1.2K 158 0
                                    

Rani tampak seperti orang linglung. Diam. Matanya memandang rerumputan. Sampai saat ini Rani dan kawan-kawannya belum pulang ke rumah masing-masing. Mereka masih sibuk bebersih.

Ersa dan Diah menghampiri Rani yang termenung di sekitar bougenvil. Mereka duduk di kanan dan kiri Rani.

"Kamu tuh sebenernya kemaren kenapa, sih?" Ersa memulai percakapan.

"Makhluk itu, Er. Kami melihatnya. Tanya Diah, dia lebih tahu!" perintah Rani.

"Ceritanya gini, Beb .... Aku dan temen-temen begadang sampai jam 12 malem. Rani udah ketiduran pas hampir jam 11 ...,"

"Ya habis ada yang nyinden, sih!" sela Rani memotong pembicaraan.

"Sinden?" Ersa dan Diah bertanya bersamaan. Seolah tidak percaya apa yang dikatakan Rani.

"Tapi, Ran ... aku gak denger suara sinden, apalagi nyinden. Nggak ada suara apa pun! Kamu kali, halusinasi." Diah tidak setuju dengan pertanyaannya. Ia memang tidak mendengar suara apa pun selain nyanyian jangkrik dan cicitan kelelawar.

"Udah-udah! Cukup. Pasti ini kerjaan mbakku. Dia suka nyanyi di malam hari. Dia bilang latihan nyinden. Iya! Dia itu sinden. Dia sering diundang untuk melengkapi pertunjukan wayang kulit. Faktanya dia berbakat di bidang itu, padahal tidak sedikit pun dulu, dia menyukainya,

"Kalian jangan bilang siapa-siapa, ya .... Sebenernya mbakku itu bukan kakak kandungku." Diah dan Rani seketika menganga mendengarnya.

Ersa melanjutkan, "Iya ... ibuku nemuin dia nangis waktu masih hamil aku. Waktu itu, Mbak Sarah di depan rumahnya. Di daerah Trenggalek sana. Rumahnya lebih pantas disebut gubuk. Ibu nyamperin dia. Ditanya, 'ada apa?' dia nunjuk di dalam. Ibunya ditemukan meninggal,

"Karena nggak ada warga yang mau merawatnya, diserahkan ke panti asuhan pun dia nggak mau ... akhirnya dibawa pulang sama ibu bapakku."

Mereka masih tidak percaya dengan fakta yang satu ini. Pantas saja wajah Ersa dan Sarah tidak mirip sama sekali. Gaya hidupnya pun berbeda.

Namun ada tiga hal yang tidak disukai Rani dari Sarah. Ucapannya yang kasar, gaya yang kuno, tentu saja satunya menyeramkan.

"Sekarang kalian sudah tahu. Kalau ditanya Edo dan Sinta, jangan bilang kalau aku udah cerita. Nanti akan kubilang ke mereka kalau aku cuma bercanda. Tidak ada rahasia," pesan Ersa. Kemudian ia meninggalkan Rani dan Diah.

___

Well, Savar.

Horror Vlogger (Completed)Where stories live. Discover now