Sajak dari Mahendra

9.8K 1.9K 377
                                    

Attention Please! Kalau suka boleh di vote dan comment biar akunya makin semangat nulisnya. Happy reading hope enjoy it! Typo bertebaran!



Jeno menaruh beberapa filenya kedalam map setelah ia tanda tangani dan siap di serahkan ke sekertarisnya, Jeno sedikit pening menangani beberapa masalah bisnis ini.

Drrt!

Ponselnya bergetar, Jeno mengeceknya dan terlihat tanda notifikasi pesan dari Jaemin, Jeno segera membukanya dan membalasnya dengan semangat seperti mendapat asupan Vitamin.

" pak jeno, anda dipanggil oleh pak Tirto ke ruanganya" Jeno segera memasukan ponselnya kedalam saku.

" Iya saya sebentar lagi kesana" Sang sekertaris segera keluar dari ruanganya, Jeno di panggil ayahnya.

Suara sepatu kulit yang beradu dengan lantai begitu memekanan telinga di tengah keheningan lorong kantor, Jeno memasuki ruangan ayahnya setelah mengetuk pintunya beberapa kali.

" Duduk jen" Jeno mendudukan dirinya di hadapan ayahnya sedang membaca berkas.

" Ada apa papa manggil jeno?" Ayah jeno lekas menutup pulpenya dan menaruhnya.

" papa mau bicara sesuatu sama kamu"

" To the point aja pah, jeno gak suka berbelit-belit"

" Kamu tau bentar lagi papa turun jabatan dan kamu yang gantiin posisi papa sepenuhnya, papa mau kamu saat gantiin jabatan papa kamu sudah dalam posisi menikah, biar kamu ada yang ngurusin setidaknya dia perhatian saat kamu capek kerja" Jantung jeno jadi berdebar, apa ayahnya tersebut akan membahas—

" papa pengen kamu segera tunangan dengan Heejin"

" Tapi pah"

" Jeno, gak baik terus nunda.. Apa lagi yang kamu tunggu? Kalian udah lulus, umur kalian udah cukup untuk menikah"

" Jeno gak cinta sama Heejin"

" Kamu gak perlu cinta sekarang sama dia, nanti lambat laun kamu juga bakal cinta, kayak papa sama bunda kamu"

" kalian beda cerita, jeno—"

" kamu jangan mengharapkan yang gak pasti jeno" ingin rasanya jeno bilang kalau dia sekarang sudah berpacaran dengan Jaemin, Jaemin yang sekarang sudah berubah lebih baik dari yang dulu, namun berkata seperti itu sepertinya percuma.

" Nanti jeno fikirkan dulu pah" jawab jeno final.

" Secepatnya kamu kasih jawaban, papa gak mau nunggu lebih lama jeno, orang tua Heejin juga gak ada masalah sama perjodohan ini"

" Jeno pamit" Jeno beranjak dari ruang kerja ayahnya tersebut.

Saat ini ia butuh hiburan, entah kemana sekarang yang pasti ia keluar dari kantor mengendarai mobilnya entah kemana.

Jeno sampai di jalan braga dimana tempat kerja Jaemin disana, Namun tidak ada niatan Jeno untuk mengunjungi Jaemin karena ia tidak ingin menganggu waktu kerja Jaemin.

Jeno lebih memilih menuju sebuah cafe lain di jalan braga juga, ia mengunjungi cafe tersebut.

Memesan minuman dan nongkrong tak tau tujuan, beberapa orang berbisik dan menatapnya dari atas kepala sampai kaki.

Bahkan beberapa orang berbisik memujinya, telinga Jeno masih normal dan ia mendengar dengan Jelas apa yang dibicarakan mereka.

Jeno pusing ia menelfon seseorang yang mungkin bisa memberinya sedikit petuah?

" Halo? Apaan jen?" Ucap orang di sebrang, Jeno menelfon Haechan.

" Chan lu dimana?"

" Braga kenapa?"

" Pas banget sini ke cafe xxx gue tunggu, nongkrong sini bareng gue"

" Yaudah gue otw sama mark kesana"

" Sipp deh, di tunggu"

" Oke"

Tuut!

Sambil menunggu Haechan Jeno memilih bermain game cacing di ponselnya, dan pas ketika dirinya kalah dari game Haechan dan Mark datang.

" Hai bro!" Jeno salaman dengan Mark dan Haechan.

" Gimana kabar?" Tanya Jeno pada Mark.

" Baik, lo sendiri?"

" Baik" mark dan haechan memesan minuman dan beberapa camilan.

" jadi dalam rangka apa lo ngajak gue nongki?" tanya Haechan.

" Ya ga apa-apa" Jeno mengaduk minumanya.

" aura-aura sad boy nih, kenapa curhat dong" Ucap Haechan.

" udah kayak mamah dedeh aja lo"

" Jadi gimana hubungan lo sama Jaemin?" Jeno langsung senyum lebar sampe matanya kayak bulan sabit.

" Udah jadian dong" Haechan menganga tak percaya.

" Seriusan lo?" Jeno mengangguk cepat.

" Serius lah, mau bukti?"

" gak perlu, trik apa lo sampe jaemin mau jadian sama lo? Jangan-jangan lo pake pelet ya?"

" Enak aja lo, murni ini gue dapetin Jaemin"

" Ah masa"

" Gak percaya? coba deh lo telfon Jaemin terus tanyain"

" Yaudah deh nanti gue tanya, btw lo mau tau sesuatu ga?"

" Sesuatu apaan?"

" Sesuatu kenapa Jaemin pilih kuliah jurusan sastra dari pada jurusan yang peluang kerjanya tinggi" Jeno menaikan sebelah alisnya.

" Jadi apa alasanya?" Haechan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, selembar kertas yang sudah mulai lecek dan ada tulisan di dalamnya.

" Ini" Jeno mengambil kertasnya.

" Ini apaan?" Haechan senyum terus terkikik geli.

" ini sajak yang jaemin buat pas dia di masih di rawat di rumah sakit, kalau gak salah pas seminggu setelah dia bangun dari koma, dia tiba-tiba suka nulis sajak terus gue nemu sajak ini di buku tulisnya" Jeno membaca sajak yang berjudul

Alhambra

" Ini jaemin yang nulis?" Haechan menangguk.

" Jaemin bilang pas dia bangun ada seorang yang bawa dia pulang namanya alhambra"

" Jaemin bilang pas dia bangun ada seorang yang bawa dia pulang namanya alhambra"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TBC

Biar tegang dikit eheheeeee... Okelah terimakasih sudah baca dan vote jeongmal kamsahamnidaa!! See u in next chapter pai pai!!!


Sunny Pwark. Apr 25, 2020.

Titik Balik [ Nomin ] || ✅Where stories live. Discover now