[2] Bubur Ayam

256 21 2
                                    

Aylmer Samuel. Seorang pria tampan, tinggi, hidung mancung, berkulit putih, alis tebal dan memiliki mata berwarna cokelat. Tidak sedikit wanita yang menyukainya karena fisik yang dimilikinya sangat diidamkan oleh kaum wanita. Pria tersebut merupakan salah satu teman Clara. Mereka saling mengenal sejak masa kuliah, hingga kini masih menjalin pertemanan. Awal mula keduanya bisa saling mengenal di perpustakaan. Saat itu Clara sedang mencari bahan untuk jurnalnya. Banyaknya buku yang dipilih menjadi referensinya, membuat wanita itu sedikit repot membawanya ke meja dimana ia sedang mengerjakan jurnal.

Karena tidak hati-hati dan melihat sekitar, Clara menabrak seseorang hingga buku-bukunya terjatuh kelantai.

"Uh, Sorry!" ucap Clara cepat dan langsung berjongkok mengumpulkan beberapa bukunya.

Tiba-tiba orang yang dihadapannya ikut berjongkok dan membantu Clara mengumpulkan buku-buku yang berserakan. "It's okay."

Clara menatap orang yang membantunya. Seorang pria tampan dan tersenyum begitu Clara menatapnya. Clara pun membalas senyuman pria itu dengan senyuman tipis.

"Thank you." Wanita itu mulai bangkit.

"Sama-sama."

Clara memasang ekspresi terkejut begitu mendengar jawaban pria yang baru saja membantunya.

Pria itu tertawa pelan. "Kenapa?"

Clara hanya menggeleng lalu pergi ke mejanya, meninggalkan pria tersebut. Ternyata pria itu malah menyusul dirinya.

"Aylmer Samuel." Pria itu menjulurkan tangannya kepada Clara yang sedang membaca buku.

Clara mendongak. Ditatapnya pria asing yang tiba-tiba mengajaknya untuk berkenalan, tetapi ia malah lanjut membaca buku.

Pria itu memilih untuk duduk disamping Clara karna jabatan tangannya tidak ditanggapi. Namun Clara menutup buku, mulai berdiri dan membereskan barang-barangnya. Wanita itu ingin pergi.

"Apa aku menyeramkan, ya?" ucap pria tersebut tiba-tiba. Membuat Clara menjadi sedikit tidak enak.

"Sorry." Clara menoleh. "Kamu tau dari mana kalo aku orang Indonesia?"

"Sebelumnya aku udah pernah lihat kamu, dan kemarin juga kita sempat papasan kan? Tapi kamu cuma senyum, trus pergi."

Clara mengernyitkan dahinya dan mencoba untuk mengingat. "Sorry."

"Its okay. Kamu dari tadi bilang sorry terus," balas pria itu. "Diujung tangga arah mau kekantin. Waktu itu aku denger kamu marah-marah pake bahasa Indonesia." Pria itu tertawa.

Clara mencoba untuk mengingat kejadian yang dimaksud. "Kenapa bisa tau?"

"Ya karna aku gak sengaja denger pas mau turun."

"Ooh." Clara melanjutkan kegiatan mengetik dilaptopnya yang sempat tertunda.

Pria yang berada disampingnya berdeham. "Apa kita gak bisa jadi temen, ya?"

Clara melirik sekilas, lalu kembali menatap layar laptopnya.

"Yaudah deh. Aku pikir kayaknya kamu emang gak mau temenan sama aku, ya? Bahkan cuma untuk sekedar kenalan." Pria tampan itu mulai berdiri.

Clara merasa bersalah. Ini bukan pertama kalinya pria tersebut ingin berkenalan dengannya. Beberapa pria lain juga sempat ingin berkenalan dengan Clara. Tapi wanita itu enggan menanggapi. Ya, paling hanya sekedar bertukar nama. Bukan tidak mau dan sombong. Hanya saja Clara masih takut untuk mengenal pria baru didalam hidupnya. Ia masih belum siap untuk berhubungan dengan pria baru. Namun setelah dipikir kembali, tidak ada salahnya jika ia mencoba untuk berteman dengan seorang pria. Toh juga tujuannya untuk menambah teman di Manhattan.

Still About UsWhere stories live. Discover now