[44] Pecat Dia!

110 7 1
                                    

Bias-bias cahaya matahari mulai masuk kedalam celah-celah jendela. Suara kicauan burung pun samar-samar terdengar. Seorang wanita sedang memotong-motong bahan masakan di dapurnya. Meskipun sedang dalam keadaan hamil, Clara masih menyiapkan bekal untuk Dava bawa ke kantor. Wanita itu tetap bersikeras memasak dan mempersiapkan makanan untuk sang suami meskipun Dava sempat melarang karna takut Clara kelelahan. Namun wanita itu mengatakan bahwa ia tidak akan sampai kelelahan karna dibantu oleh Bi Ratih dan juga Bi Ella.

Semenjak hamil, memang Clara tidak banyak melakukan kegiatan. Hal tersebut atas permintaan Dava. Pria itu tidak ingin Clara kelelahan, bahkan ia meminta Clara lebih baik tetap di rumah saja selama melewati masa kehamilannya. Namun bukan Clara namanya jika setuju sepenuhnya. Wanita itu justru akan merasa bosan jika harus berdiam diri di rumah.

"Sayang," panggil Dava yang sedang berjalan sambil mengenakan arloji dipergelangan tangannya.

"Iya, Mas."Clara menoleh. "Kamu udah mau berangkat?" Wanita itu meminta Bi Ratih untuk melihat masakannya yang sedang dimasak, lalu ia berjalan mendekati Dava.

"Aku lupa, ternyata pagi ini aku ada jadwal meeting, Sayang." Dava menatap Clara.

"Trus gimana, Mas?" Clara merapikan dasi Dava yang sedikit berantakan. "Kamu sarapan dulu lah sedikit, ya."

"Gak usah deh, Sayang. Ntar aku sarapan di kantor aja."

"Yaudah aku bekelin aja ya, roti sama susunya buat kamu?"

"Gak usah deh, Sayang."

"Engga. Pokoknya aku bakal siapin dulu." Clara mulai mengambil sebuah tempat untuk roti dan meminta bantuan Bi Ella membantunya. "Oh iya, Mas, masakan aku juga belum jadi, nih. Ntar aja aku anter ke kantor kamu, boleh ya?"

"Gak usah, Sayang," ucap Dava. "Ntar kamu kecapean."

"Ya ampun, Mas. Enggaklah." Clara mulai menata roti didalam tempat wadah yang sudah diambilnya. "Lagian sekalian jalan-jalan juga. Kan udah lama juga aku gak ada ke kantor kamu."

Dava menghela napas. "Yaudah deh, boleh," ucapnya. "Tapi kamu perginya dianter sama Pak Bondan, ya? Jangan nyetir sendirian."

Clara tersenyum. "Iya, Sayang." Lalu ia memberikan roti dan juga susu yang sudah disiapkannya untuk Dava. "Ini, Mas."

"Makasih ya, Sayang." Dava tersenyum sambil mereka mulai berjalan keluar rumah.

"Sama-sama, Mas."

"Yaudah kalo gitu aku berangkat dulu, ya," pamit Dava ketika keduanya sudah berada diteras.

Clara mengangguk sambil mencium punggung tangan Dava. Setelah itu Dava mencium kening Clara dengan lembut, lalu beralih pada perut sang istri dan meninggalkan sebuah kecupan disana. "Ayah berangkat ke kantor dulu ya, Nak. Jangan nakal sama Bunda, jangan bikin Bunda mual, ya."

"Iya, Ayah. Aku bakal usahain," jawab Clara seperti mewakilkan calon bayi yang ada diperutnya. Wanita itu tertawa pelan, diikuti dengan Dava.

"Oke aku jalan, ya," ucap Dava.

"Iya, Mas. Kamu hati-hati, ya."

Dava tersenyum. "Ntar kamu kalo ada apa-apa kabarin aku, ya."

"Iya, Mas Dava." Clara membalas senyuman Dava.

♥♥♥

Clara berjalan pelan memasuki kantor Dava sambil menenteng bekal makanan yang sudah dimasaknya. Wanita itu melemparkan senyuman pada semua karyawan Dava yang menyapanya dan melihatnya. Dengan begitu bahagianya dia melangkah menuju ruangan sang suami. Diam-diam wanita itu membuka pintu yang tidak sepenuhnya tertutup. Clara sempat heran, mengapa pintu tersebut tidak tertutup. Namun ia belum masuk kedalam ruangan tersebut, masih berada diambang pintu. Wanitu itu terkejut melihat apa yang ada didepan matanya.

Still About UsWhere stories live. Discover now