Bagian 18.

2.1K 164 14
                                    

"DILA!!"

Teriakan sang Mama membuat Nadila yang sedang mengeringkan rambut menoleh kearah pintu kamarnya. Tanpa menghiraukan teriakan tersebut, Nadila melanjutkan kegiatan mengeringkan rambutnya lagi. Setelah selesai baru ia keluar kamarnya untuk menghampiri sang Mama, tapi baru saja ia membuka pintu wajah Tyas sudah ada di sana membuat Nadila yang melihatnya hanya menyengir polos.

"Kalo di panggil orang tua itu samperin, atau setidaknya nyautin gitu kek!" omel Tyas pada putrinya.

"nanggung Ma lagi ngeringin rambut tadi, ini juga mau nyamperin. Ada apa si emang?"

Bukannya menjawab pertanyaan putrinya, Tyas malah mengulurkan tangannya menyentuh rambut Nadila yang sudah berubah warna yang tadinya berwarna coklat menjadi silver.

"Ganti warna rambut lagi? Kamu ada pemotretan nantikan? Emang boleh diwarnain?"

"Boleh lahh, udah bilang juga sama om Megan." jawab Nadila sambil mengibaskan rambutnya. "terus Mama kenapa manggil aku?"

"Oh iya lupakan, ayo ikut Mama ke dapur." ajak Tyas yang langsung meninggalkan Nadila yang masih didepan pintu kamarnya.

Tanpa bantahan, Nadila mengekori Mamanya dari belakang sambil memainkan ujung rambutnya. Sampai meja makan Mamanya menyuruh Nadila menunggunya disana, dan Nadila menurutinya. Sambil menunggu Mamanya yang entah sedang menyediakan apa itu, Nadila menarik kursi meja makan lalu duduk sambil mengambil sebuah roti tawar lalu memakannya. Sedang asik-asiknya menikmati roti tawar itu, tiba-tiba kursi sampingnya terisi oleh orang membuat Nadila reflek menoleh.

"Kenapa?" tanya Arga yang baru saja duduk di samping Nadila.

"Ngga." jawab Nadila singkat dan langsung mengalihkan pandangannya.

Arga yang melihat itu menghembuskan napas pelan. Seharian ini Nadila menghindarinya, dan Arga tau itu karena masalah tadi malam. Arga sangat yakin jika Nadila mendengar percakapannya bersama kedua orang tuanya tadi malam, ia sunggu menyesali perkataannya yang keluar, semua itu di luar kendali Arga. Kemarin Arga benar-benar sedang frustasi memikirkan bagaimana caranya bertemu dengan Nabila, dan tambah frustasi lagi ketika Nadila tidak pulang-pulang hingga larut malam. Maka dari itu ia kelepasan membentak Nadila.

"Dil? Lo marah sama gue?" tanya Arga ragu-ragu.

Nadila tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. "ngga, emang abang salah apa? Ampe aku harus marah?"

"Soal semalam gue--"

"Mama!! Masih lama?" teriak Nadila sengaja mengalihkan pembicaraannya.

Jujur saja, mengingat kejadian tadi malam membuat jantung Nadila berdebar tidak karuan. Ia takut kalau Arga akan membentaknya lagi, ia takut ucapannya membuat hubungannya bersama Arga tambah berantakan. Kejadian tadi malam cukup membuat Nadila sadar, jika semua masalah datang dari perbuatan dan ucapannya. Kali ini Nadila akan berhati-hati lagi, untuk memperbaiki semuanya.

"Sebentar Dil," sahut Tyas dengan suara agak keras membuat Nadila mendengus lalu memakan rotinya kembali.

"Jam berapa pemotretan?" tanya Arga merubah topik pembicaraan.

Nadila melirik sebentar kearanya sebelum menjawab. "Jam dua,"

"Setengah jam lagi, kok belom rapih-rapih?"

"Nanti aja."

"Gue antar ya?"

"Ngga usah, aku sendiri aja. Pulangnya mau nganter hape,"

"masalah hape belom kelar?" tanya Arga membuat Nadila menelan salivanya dengan susah payah. Apa ia salah bicara?

"Dila, nihhh udah selesai."

YOUR MY SUNSHINE [Lengkap]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang