Bab 16

132K 11.2K 404
                                    

Selamat Membaca










Malam semakin larut. Toko sang ibu sudah ditutup beberapa menit yang lalu, tapi Gladis masih betah berdiam diri di kursi dengan gelas teh-nya yang sudah kosong.

“Dis, masuk! Udah malam!” teriak sang ibu dari dalam.

“Iya, Bu,” jawabnya pelan.

Gadis itu meraih gelas kosongnya, hendak berjalan masuk tapi suara mesin mobil membuatnya membalikkan badan. Itu mobil Dewa. Gladis hendak berjalan masuk, tapi suara Dewa yang memanggilnya membuatnya berhenti.

“Gla! Please! Kita perlu bicara.” Tanpa mematikan mesin mobil, Dewa berlari ke arah Gladis yang berada di depan pintu masuk rumahnya.

“Aku akan jelasin semuanya,” katanya saat sudah berdiri di depan Gladis.

Gladis menggeleng. “Udah malam. Nggak enak dilihat tetangga. Kak Dewa pulang aja. Lagi pula, nggak ada yang perlu kita bicarakan.” Gadis itu hendak masuk, tapi Dewa menahan lengannya.

“Lima menit. Aku cuman butuh lima menit. Aku mohon, Gla,” ujarnya sambil memberikan Gladis tatapan permohonan.

Gladis mengembuskan napasnya pelan. Dia menatap tangan Dewa yang masih berada di lengannya. Dewa yang menyadari itu akhirnya melepaskan tangannya perlahan.

“Lima menit,” kata Gladis.

Dewa mengangguk. “Aku ke klub karena Malik telepon, dan bilang kalau Denis lagi mabuk di sana. Aku ke sana cuman mau bawa Denis pulang. Masih jam segini, tapi dia udah mabuk. Kalau aku biarin, dia bisa masuk rumah sakit besok pagi.” Dewa menatap Gladis yang hanya diam sambil memandang lurus ke arahnya. “Yang buat story itu bukan aku. Malik yang ngerekam semua itu. Aku udah hapus vidio itu, Gla. Jujur aja, setelah kamu yang lihat aku di klub waktu itu, aku udah janji sama diri aku sendiri, buat menjauhi tempat itu. Demi kamu.”

“Gla,” panggil Dewa lagi ketika Gladis hanya diam.

“Kenapa demi aku? Kenapa harus demi aku?”

Kali ini Dewa diam. “Kenapa kamu masih tanya? Tentu aja karena kamu gadis yang aku sayang. Aku nggak mau buat kamu kecewa.”

Gladis tersenyum tipis mendengarnya. “Sayangnya udah. Kak Dewa udah buat aku kecewa. Bahkan berkali-kali. Terus sekarang, apa yang akan Kak Dewa lakukan?”

Dewa menatap Gladis sungguh-sungguh. “Aku mau tebus kesalahan aku. Aku mau memperbaiki semuanya.”

“Kalau aku nggak membuka pintu. Kak Dewa mana bisa menebus dan memperbaiki semuanya?” Gladis menatap getir ke arah Dewa. “Kak Dewa tahu, kalau sekarang Kakak hanya sedang mengulang kesalahan yang sama? Kak Dewa mencoba membuat aku lebih terluka dari sebelumnya dengan cara yang sama.”

“Gla,” panggil Dewa putus asa. “Aku nggak gitu. Aku benar-benar mau memperbaiki semuanya sama kamu. Aku menyesal, Gla,” katanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

“Kalau Kak Dewa memang menyesal, Kakak nggak akan berduaan sama cewek lain, di saat Kak Dewa sendiri yang bilang untuk memperbaiki semuanya sama aku.”

Dewa berusaha menyentuh tangan Gladis, tapi gadis itu melangkah mundur, membuat Dewa semakin panik. Gladis terlihat seperti ingin menyerah dengan semuanya.

“Aku nggak sengaja, Gla. Itu bukan seperti yang kamu lihat. Demi Tuhan, aku nggak ngapa-ngapain di klub, Gla.”

Gladis menggeleng. “Bukan karena hal itu. Kalau pun hari ini nggak pernah terjadi, aku yakin aku juga akan tetap mengatakan ini. Gimana pun keadaan kita ke depannya, kita nggak akan bisa bersatu, Kak,” ujarnya sambil berusaha menahan tangisnya.

RASAWhere stories live. Discover now