10. Bolos Sehat

308 52 34
                                    

Mirza panik bukan main, melihat teman-temannya sudah terbaring lemah di kasur UKS yang tak ada penjaganya. Bahkan belum lama ini, Yedam dibopong masuk ke dalam UKS dengan keadaan setengah sadar. Membuat Mirza semakin panik.

Mirza terus menggerutu di dalam hati, bahkan beberapa kali ia terus memikirkan 'kenapa sekolah tak pernah memberikan seseorang untuk menjaga UKS?' Padahal itu sangat dibutuhkan.

Nah kalau seperti ini kan, siswa repot sendiri jadinya.

Mirza terus berkoar di group chat, meminta teman-temannya untuk datang ke sini. Oh, atau lebih tepatnya, memaksa.

Mirza bernafas lega di saat tau bahwa Seno dan Jinu mau menemaninya di UKS. Paling tidak ia tak akan kerepotan mengurus empat orang yang tergelepar di ranjang UKS karena kue buatan Ensang. Ya, empat orang, Tae, Ojun, Samuel, dan Yedam.

Atau bisa dibilang, yang tengah terbaring saat ini adalah rombongan 'anak polos'. Dengan catatan, Samuel yang tak masuk hitungan.

Samuel mah bukan kertas polos lagi. Tapi sudah kertas buram.

"Mas Mirzaaaaaaa." Terdengar nyaring dari arah pintu UKS. Membuat Mirza yang tau sang empu dari suara cempreng itu, menoleh dengan malas.

Seno mendekat ke arah Mirza dengan gaya yang dibuat centil. Ia meletakkan kepalanya di pundak Mirza dengan gaya sok manja.

Mirza yang risih, dengan cepat menoyor kepala Seno menjauh. Yang ditoyor hanya mengerucutkan bibir saja.

"Aku gak nyangka, ya. Mas Mirza tuh ternyata gak pernah anggap aku ada." Seno mulai berakting alay seperti biasanya. Seno melipat tangannya di depan dada. "Yang ada di otak Mas Mirza itu cuma Jenar, Jenar, JENAR AJA!" Seno menunjuk ke depan muka Mirza, mengikuti adegan marahnya Raisa di sinetron Cinta Karena Cinta yang setiap hari ia tonton bersama sang Umi.

Jinu yang berbaring di sebelah Yedam hasil dari menyempil paksa, hanya tertawa terbahak-bahak melihat akting Seno yang  mengikuti intonasi dan logat si pemeran film, menciptakan aktingnya tampak sama.

Mirza menatap Seno malas. Bukannya terbantu, ia malah semakin pusing. Kenapa dari sekian banyak orang di group chat, yang datang harus jelmaan bekantan dan dugong seperti Seno dan Jinu?

"Lo kalo mau cari lawan homoan jangan gue. Sama Jinu noh sono." Mirza mengarahkan dagunya ke arah Jinu yang sudah baring ke arah kanan menghadap Yedam. Tangan Jinu memeluk tubuh Yedam, ia ikut memejamkan mata.

Jinu yang awalnya hendak ikut tertidur, mengangkat sedikit tubuhnya dengan delikan ke arah Mirza. "Kok gua?!" Tanyanya dengan jari telunjuk kiri yang diarahkan ke dirinya sendiri.

Seno menggeleng. Dengan cepat ia menggandeng lengan Mirza. Ia bergelayutan layaknya gadis imut. Padahal di mata Mirza, itu amit-amit banget.

"Acu kan mau na ama mas mijaaa," ucap Seno yang dibuat cadel agar terlihat imut.

Mirza semakin jijik melihat Seno, dengan kuat ia mendorong tubuh Seno. "GUE JIJIK SUMPAH! LO KALO MAU GUE MUSUHIN GAK GINI CARANYA YA, SEN!"

Seno cengengesan dan membentuk sign v dengan jarinya. Dan dengan cepat pula ia ikut ngacir ke arah Jinu, agar tak mendapat semburan yang lebih dari Mirza.

Mirza kembali fokus pada ponsel tipis ber-case hitamnya. Dengan kekuatan ketik cepat dan capslock, ia mulai berkoar lagi di group chat. Menyuruh siapapun untuk datang, asalkan jangan hanya ada dirinya dan dua toa mesjid itu untuk mengurus teman-temannya.

Jinu mendudukkan dirinya dengan cepat di saat membaca group chat, bahwa Mirza masih menyuruh teman-teman yang lain untuk datang.

"Woy, Jak. Parah lo ya, keberadaan gue gak dihargai."

BOSOM FRIENDs (02 L) - CHAPTER 1 : such a bad dreamWhere stories live. Discover now