03. Si Pelor, Pacar Barbie, Kurir, Raja, dan Bebek

589 122 48
                                    

Brug.

Sebuah tas yang berbahan dasar kertas dilempar ke meja begitu saja. Membuat sang empu meja yang tengah tertidur pulas itu terbangun. Ditegakkan tubuhnya, lalu mengernyit melihat tas kertas di depannya itu.

Tangan lelaki yang baru terbangun dari tidurnya itu menjulur, lalu membuka tas tersebut. Matanya sedikit memicing di saat melihat sebotol parfum di dalamnya. Bukan hanya itu, ia juga menemukan kertas ungu bertuliskan 'semoga suka, tuan giant. W (X A 1)'.

Lelaki itu kembali mengernyit, namun kali ini ia menatap sang pembawa kado. "Untuk gue?" Tanyanya pada lelaki berambut ikal yang duduk di depannya.

Lelaki berambut ikal itu mengangguk dengan bibir cemberut. "Hng. Dari fans lo."

Cowok itu dengan cepat mengambil botol parfum dari tangan orang di depannya. Tanpa merasa berdosa, ia menyemprotkan cairan parfum ke seluruh tubuhnya.

Orang yang diberi hadiah tadi dengan cepat mengambil parfum dari tangan si ikal. Merebut apa yang baru saja jadi kepemilikannya. "Punya gue he, Ojun!"

Ojun, atau orang yang memiliki nama lengkap Haiqol Jungair itu mengerucutkan bibirnya. "Ya, masa gue jadi burung merpati pengantar kado lo mulu! Sedangkan gue gak pernah dapat kado."

Ojun melengkungkan bibirnya, menangis bombai. Padahal, air matanya tak keluar. Ia hanya merengek di depan lelaki tampan pemilik parfume itu. Pasalnya, lelaki di depannya ini memang terkenal di semua kalangan. Dari kelas satu sampai kelas tiga, semua kenal lelaki ini. Padahal di sekolah, kerjaannya hanya tidur saja.

"Eh. Ada perkara rumah tangga apa, nih?" Tanya seorang lelaki tampan lainnya yang tengah berjalan mendekat.

Wajahnya sangat tampan. Seperti boneka barbie versi lelakinya, Ken. Hanya saja yang ini namanya bukan Ken. Namanya Kai. Kai Richarfa Valezka Kamal. Panggilannya bebas, asalkan jangan Kamal. Karena Kamal nama sang ayah.

Kai tidak datang sendiri, ada dua orang yang menyusul di belakangnya. Tangan mereka penuh dengan kantong pelastik yang berisikan jajanan, bungkusan nasi, dan minuman.

"Si Mini tuh, Kai." Ojun menunjuk lelaki di depannya. "Masa gue setiap hari disuruh jadi kurir pengantar hadiah."

Kai menggelengkan kepala sembari mendecak, akting tak menyangka kepada orang yang dipanggil Mini tadi. Kai pun menutup mulutnya secara spontan, memantapkan aktingnya.

Sebenarnya namanya bukan Mini. Namanya Mirzandy Nifaldi. Hanya saja, rombongan kampretnya yang tengil itu memanggilnya Mini.

Katanya, itu panggilan sayang.

Padahal mah, gak jauh dari kata ngejek.

Kai merangkul Ojun, lalu dengan senyuman maut dia bertanya, "gak ada hadiah untuk gue hari ini?"

Ojun mendorong Kai jauh, lalu menyepaknya. Ia merasa kesal sendiri. "IYA, GUE KURIR PAKET, IYA!"

Seorang lelaki kurus yang sedang memakan nasi goreng dengan sigap berdiri dan menghampiri Ojun. Ia menepuk pundak Ojun, berusaha menyabarkan. "Ngucap, Jun. Ngucap."

Ojun memejamkan mata. Tangannya sudah ditempelkan di depan dada. Dengan hati damai mengucap istighfar.

Memang yang paling mengerti saat masa-masa seperti ini hanya Taehadi Yundara saja.

Yang lain mah ampas tahu.

"Jangan ngambek dong Jun. Noh, gue beliin nasi rebus," ucap Kai santai. Lalu ia mulai mengobrol dengan Mirza. Topik pembahasan tak jauh dari 'cara menjadi kalem'. Ya, Kai memang bertekad untuk kalem agar menjadi kesayangan seluruh penjuru sekolah.

BOSOM FRIENDs (02 L) - CHAPTER 1 : such a bad dreamWhere stories live. Discover now