27. Masing-Masing

55 11 10
                                    

"Cepet sini punya lo kasih ke gue," pinta Chacha dengan nada ketus. Tangannya ia ulurkan ke hadapan Samuel yang masih sibuk mencoret-coret memo pad kuning itu.

Kesal tak diperhatikan, Chacha mengambil paksa kertas kuning tersebut dari Samuel. Membuat sang pemilik mengomel panjang kali lebar kepada Chacha.

"Sini cepet punya lo."

Jinu mendongak. Dengan bibir yang dimajukan, ia memberikan kertas tersebut kepada Chacha yang ekspresinya selalu datar itu. "Apa, sih. Kayak bendahara lagi nagih duit kas aja."

Mencoba tak mendengar sindiran Jinu, Chacha meletakkan tiga belas lipatan kertas kuning tersebut di atas meja. Ia juga menepuk tangan Seno saat oemuda itu hendak mengambil satu.

Seno mencibir, membuat Chacha sedikit mendelikkan matanya. Cowok yang kerap kali dilabeli robot atau goblin itu mengambil satu lipatan kertas. Lalu ia buka.

"Satu suara untuk Ojun."

Mendengar namanya disebut, cowok ikal tersebut bersorak ria seorang diri. Ia mengajukan tos kepada Jisung, tapi cowok asal negeri ginseng tersebut memeilih untuk diam dan menataonya sinis. Ojun jadi kesal sendiri dan menjulurkan lidahnya, mengejek Jisung. Lalu ia mengubah arah ke Ensang. Untung saja cowok manis itu dengan sigap mengangkat tangannya dan membalas tos darinya. Cowok satu ini memang selalu baik. Tak seperti Jisung atau Chacha yang hobinya ketus, marah-marah, dan sinis. Hilih.

"Walau sebelumnya dia nulis namanya dan dicoret," tambah Chacha. Cowok itu melirik malas ke arah Jinu yang masih asik menggaruk-garuk perutnya.

Kai mendecak. "Kan udah dibilang kagak boleh vote diri sendiri juga."

"Ya, kan, udah gue coret!"

"Kasih dong alasannya biar seru," celetuk Dipo. Cowok itu menahan wajahnya dengan tangan yang menangkuo di pipi. Membuat pipinya yang gembul semakin meluap.

"Iya. Penasaran, nih."

Jinu membenarkan posisi duduknya. Ia berdehem sekali, lalu memasang wajah sok cool karena mendapat atensi lebih dari teman-temannya. "Ya, gimana, ya... Dia kan temen gue gitu, loh."

"Dih. Ga seru."

"Classic."

"Menjijikkan."

"Save Ojun."

"Tuh, Jun. Lu di-vote karena alasan temen doang bukan karena ganteng." Oke. Samuel mulai mengompori as usually he do.

Emosi, Jinu melempar Samuel dengan bantalan sofa yang dari tadi ia gunakan sebagai bantal. "NGGAK GITU JUGA!"

Ojun memasang wajah sok sedih. Ia bahkan berakting seakan tak menyangka sembari bersembunyi di balik punggu Jisung. Yah, walaupun tak lama mereka berdua saling sikut-sikutan, sih.

Jinu kembali menjelaskan alasan kenapa ia memilih Ojun. "Bagi gue wajah Ojun cakep. Tapi, lebih cakepan gue. Gak tau, deh. Mungkin karena punya rambut yang sedikit ikal, buat gue serasa ngaca tiap liat dia."

"Bener, sih..." cicit Ojun setuju.

Merasa cukup dengan penjelasan Jinu, Chacha membuka kertas selanjutnya. "Jinu jelmaan umang-umang," sebut Chacha lagi setelah membacakan isi kertas kedua.

"Woy. Yang bener napa! Lo kayaknya dendam banget sama gue. Heran." Jinu mengomel. Ya, lagian... Bisa-bisanya cowok secakep dia dikatain jelmaan umang-umang.

"Ya, lo tanya Ojun kenapa dia nulis gitu!"

Semua orang kecuali Chacha dengan cepat menoleh ke arah Ojun. Sontak mereka mulai melakukan cat calling.

BOSOM FRIENDs (02 L) - CHAPTER 1 : such a bad dreamWhere stories live. Discover now