07. Insiden di Kantin

426 91 31
                                    

Yedam masih setia pada buku biografi setebal tujuh sentimeter di mejanya. Buku yang penuh dengan tulisan itu menjabarkan kisah dari seorang tokoh yang sangat ia kagumi. Buku yang menceritakan perjalanan hidup dari Albert Einstein, tokoh panutannya. Untung saja otaknya benar-benar Einstein. Jadi Prof. Albert Einstein tak malu di atas sana.

Padahal Yedam jurusan IPA, tapi hal itu tak mempungkiri bahwa Yedam menyukai biografi dan astronomi. Sebenarnya, tak masalah sih Yedam suka membaca buku apa pun. Tapi, melihat ia membawa buku tebal itu sampai ke sekolah, membuat siapapun yang melihatnya meringis. Para murid pun tau, di perpustakaan juga banyak buku yang seperti itu. Tapi Yedam dengan inisiatif sendiri membeli dan membawa buku itu kemana-mana.

Lagian mana ada sih murid selain Yedam yang mau bawa buku setebal itu. Bahkan beratnya hampir satu kilo. Mungkin jika buku itu digunakan untuk melempar anjing rabies, anjingnya bisa-bisa mati.

Yedam merogoh ponselnya di saat ada getaran dari arah saku celana. Ia mengusap layar ponsel hitamnya itu, lalu diletakkan di telinga.

"Ya, Kai?" Yedam mengangkat keplanya menghadap depan dengan tatapan datar.

"Kuy, kantin. Gue udah di depan kelas lo." Tak banyak basa-basi. Kai dengan segera mematikan teleponnya.

Yedam yang kaget dengan kedatangan teman-temannya yang dadakan, memutar kepalanya cepat ke arah pintu. Dan benar saja, sudah terlihat lima orang dari kelas X Alam 2 berdiri di sana. Siapalagi kalau bukan Taehadi, Kai, Mirza, Ojun dan Jinu.

Atensi Yedam langsung mengarah ke Jinu yang tengah menyagil siswi cantik di kelas Yedam. Walaupun berakhir dengan Jinu yang ditolak mentah-mentah. Mirza dan Ojun yang menjadi saksi mata, tertawa terpingkal-pingkal sembari melontarkan ledekan ke arah Jinu.

Sungguh naas.

Yedam menutup buku dan membereskan mejanya. Dengan segera ia melangkahkan kakinya ke arah luar kelas. Ojun yang sadar bahwa Yedam mendekat, melambaikan tangan dengan cengiran khasnya yang membuat matanya menjadi seperti bulan sabit terbalik.

"Kok? Dadakan kesi-" Tanya Yedam yang belum selesai karena langsung dipotong oleh Kai.

"Apa?" Kali melipat kedua tangannya ke depan. Bertingkah sok galak. "Temen-temen lo gak boleh ajak lo ke kantin?"

Yedam tersentak mendengar ucapan Kai. Ia dengan panik menggoyangkan tangannya. "Ng-nggak! Nggak gitu."

Sebenarnya Kai itu tak seram. Ia bahkan dominan terlihat imut dan terkadang kekanakan. Ditambah lagi jika ia sedang tersenyum, semakin membuat wajahnya bak malaikat yang baru saja turun dari surga.

Lelaki yang memiliki nama lengkap Kai Richarfa Valezka Kamal itu, memiliki cita-cita menjadi kesayangan seluruh penjuru sekolah. Baik itu guru, ataupun murid sekolah ini. Ia juga sering membantu guru ataupun murid-terutama siswi- yang kesusahan. Dan tak lupa pula ia selalu menunjukkan senyuman manis dan berbicara lembut.

Layaknya kemarin saat pulang sekolah, ia membantu mendorong motor kakak kelas cantik yang mogok ke bengkel depan lorong. Dengan gentle ia mendorong motor itu sendirian. Saat menawarkan bantuan pun, ia menunjukkan senyuman dan berbicara ramah. Mungkin, kedua belas temannya bisa-bisa muntah pelangi saat melihatnya bertingkah seperti itu.

Kai memang begitu. Pencitraannya patut diberikan penghargaan. Di depan guru dan siswi, ia akan menjadi kucing yang manis. Namun jika di depan teman-temannya, tak segan-segan ia mengeluarkan taringnya, kebobrokan. Ia juga sering bertingkah sok galak. Apalagi di saat mengomeli Ojun dan Jinu yang kerap kali saling jambak.

Kai memang cocok berteman dengan orang bobrok seperti mereka. Hanya Yedam saja yang terdampar di sana. Begitu kalua kata Dipo kemarin. Yedam itu tipe malaikat yang terjebak di antara orang bobrok.

BOSOM FRIENDs (02 L) - CHAPTER 1 : such a bad dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang