09. Peduli

298 65 50
                                    

Jiheon : kamu dimana?
Jiheon : kamu gak sekolah?
Jiheon : mau aku izinkan dengan guru?
Jiheon : jisung?
Jiheon : Pak Daniel sudah masuk. Nanti kabari aku

Jisung : maaf baru balas pesan kamu
Jisung : aku telat
Jisung : gak usah diizinin Ji. Toh nanti bakal dihukum juga gue hhehe
Jisung : *aku
Jisung : saranghae Jiheon >.<




Jisung melongos keras saat menatap ponsel miliknya. Dengan resah ia merubah posisi duduknya di dalam mobil hitam milik sang ibu berulang kali.

Jisung memang selalu seperti itu. Di depan temannya, apalagi Jiheon, dia selalu berakting sok tenang dan baik-baik saja. Tak jarang juga dia bertingkah cool dan kuat. Padahal jika di rumah, ia tak lebih dari sekedar bayi besar yang selalu mengeluh dan mengeluarkan air mata dengan mudah.

Jisung adalah aktor yang bagus dalam realita kehidupannya.

Renjun yang berada di jok belakang sama seperti dirinya, hanya melirik sekilas ke arah sang adik yang tak diam sedari tadi. Renjun menggeleng pelan, lalu menghadap ke arah luar kaca mobil. Tangannya ia letakkan di dagu, menumpu dirinya di pinggiran jendela.

Sebenarnya Renjun juga cukup resah. Tapi ia mencoba untuk tenang dan tak terlalu memikirkannya. Berbeda dengan Jisung yang sedari tadi malah menyalahkan semua orang dan terus mengeluh. Padahalkan, alasan mereka telat adalah Jisung sendiri.

Jika Renjun tak kesal, itu adalah kebohongan. Sudah pasti ia kesal. Ditambah ia telat bukan karena kesalahannya sendiri. Tapi Renjun tak mau ambil hati banyak, Jisung adalah adiknya. Ia tak ingin bertengkar karena masalah sepele.

Jisung mengacak rambutnya geram sembari terus menatap arloji miliknya. Tak lama, ia sadar bahwa ia harus tampil rapi ke sekolah, dan dengan cepat pula ia kembali memperbaiki tataan rambutnya.

"Hyung. Ppali," Jisung mengomel.
(Cepat)

"Ya! Lo tau gak ini Jakarta, ha?! MA to the CET! Lagian siapa yang nyuruh lo menjelma jadi kerbau, ha?!" Protes Doyoung di bangku kemudi.

Jisung mendecak sebal. Ia mengarahkan pandangannya ke arah luar dengan muka yang ditekuk. Tangannya ia lipat di depan dada.

Jisung dan Doyoung itu memang sulit akur. Mereka selalu berseteru walaupun hanya sekedar hal sepele. Tak ada habisnya.

"Besok hyung bangunkan lebih cepat, ya," ucap Renjun dengan tenang. Ia menepuk kepala Jisung pelan. "Jangan pakai headset saat tidur. Selain itu nggak bagus untuk kesehatan, nanti kamu juga gak dengar di saat hyung bangunkan."

Jisung hanya memajukan bibirnya saja. Namun tak lama tubuhnya bergeser lebih mendekat ke arah Renjun, hendak bersandar di pundak Renjun untuk menenangkan diri. Renjun memang tempat yang paling tepat untuk mencurahkan segala perasaan yang ada di diri Jisung. Mulai dari marah, senang, sedih, semuanya. Renjun memang sandaran yang terbaik setelah mama bagi Jisung. Berbeda lagi halnya dengan lelaki yang dua puluh empat jam selalu ngegas di depan itu. Bagi Jisung, Doyoung pun tak setara dengan sehelai rambut Renjun.



"Bagus. Kalian di belakang sok mesra. Gue di depan cosplay jadi sopir taksi."



°°°







Saat di dekat gerbang sekolah, Jisung dan Renjun tak langsung turun dari mobil, tentu saja itu intruksi dari Jisung. Bahkan kini, Jisung mengamati sekitar dari dalam mobil.

Jisung sedikit memicingkan matanya untuk melihat pos piket guru. Ia mendecak di saat melihat siapa yang menjaga di sana.

Bu Joyi.

BOSOM FRIENDs (02 L) - CHAPTER 1 : such a bad dreamDonde viven las historias. Descúbrelo ahora