04. Si Einstein dan Pertemuan

535 117 49
                                    

"Ada yang namanya Albert?" Tanya seorang gadis dari ambang pintu.

Mendengar ada suara dari arah pintu, salah satu lelaki di dekat sana menoleh. "Kenapa?"

"Dipanggil wali kelasnya di perpus," ucap gadis itu memberi info.

Lelaki itu mengangguk. Ia mengucapkan terimakasih sebelum si gadis dari kelas lain itu pergi. Kepalanya menoleh ke arah meja pojok depan, tepat di depan meja guru. "Yedam. Lo dipanggil wali kelas di perpus," katanya dengan nada yang sedikit naik.

Lelaki yang merasa namanya dipanggilitu menoleh ke arah sumber suara. Lelaki dengan wajah yang tenang ituberdiri, beranjak meninggalkan mejanya. Lalu dengan langkah santai ia keluardari kelas.

"Bapak panggil saya?" Tanya Yedam dengan menampakkan separuh badannya di ambang pintu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bapak panggil saya?" Tanya Yedam dengan menampakkan separuh badannya di ambang pintu.

"Iya." Ucap lelaki muda berumur sekitar dua lima itu. Ia mengulurkan selembar kertas kepada Yedam. Membuat muridnya mengerutkan alis samar saat kertas itu ada di hadapannya. "Kenapa kamu gak mengikuti satu ekstrakulikuler apa pun?"

Yedam meneguk salivanya kasar. Diambilnya selembar kertas putih yang diberikan kepadanya tadi. "Apa saya harus mengikuti ekskul, Pak?" Tanya Yedam dengan ragu.

"Menurut kamu?" Guru yang bernama Rama itu membenarkan kacamatanya. Menatap Yedam dingin. "Sekolah kita ini kan mewajibkan setiap siswanya mengikuti ekstrakulikuler. Namanya wajib, ya berarti harus, kan?"

Yedam mengangguk paham dengan pelan. Kepalanya masih tertunduk menatap ke arah kertas yang ia pegang.

"Bapak tau kamu tipe anak yang gigih belajar, Albert. Dan semua orang pun tau kalau kamu adalah anak yang pintar. Bahkan kamu bisa menjadi peringkat pertama di ranking pararel, walaupun kamu baru pindah satu bulan sebelum ujian semester satu." Pak Rama kembali teringat betapa pintarnya Yedam hingga ia mampu menduduki peringkat pertama dari seluruh siswa di jurusan IPA. "Maka dari itu bapak tidak tega apabila kamu mendapatkan penurunan point dikarenakan tidak mengikuti ekskul."

"Iya, Pak. Saya paham. Terima kasih." Yedam menguatkan dirinya untuk melanjutkan berbicara. "Tapi...saya sudah mengikuti dua les di luar jam sekolah." Ia bernafas berat, mencoba memberi pemahaman kepada gurunya atas keberatannya.

Pak Rama mendengus. Ia menyenderkan tubuhnya yang tegap itu di sandaran kursi. "Bapak punya saran ekskul yang tak terlalu berat untuk kamu."

Yedam yang sedari tadi masih menunduk dan menatap datar kertas di tangannya, dengan cepat menegakkan kepala. "Apa, Pak?"

"Ekskul Informatika." Pak Rama mengambil satu brosur dari ekskul mading. Ia memberikan kepada Yedam. "Kamu bisa ikut club madingnya."

Ekskul informatika itu terdiri dari beberapa club. Ada club informan, bertugas untuk mencari informasi yang terkait tentang sekolah ini. Biasanya berita yang disebarkan berupa predikat atau kemenangan dalam sebuah pertandingan. Ada juga club broadcasting. Club yang setiap pagi akan menguasai speaker kelas untuk mengumumkan info, ataupun hanya sekedar tegur sapa serta memutar lagu untuk memberikan semangat pagi. Dan terakhir adalah club mading.

BOSOM FRIENDs (02 L) - CHAPTER 1 : such a bad dreamWhere stories live. Discover now