Temu.

182 9 2
                                    

Mungkin bagi sebagian orang mempunyai segalanya dan dapat membeli segalanya adalah hal yang sangat menyenangkan. Kita dapat berkuasa dalam lingkaran pertemanan yang saling memamerkan kekayaan orang tua kita masing-masing. Tanpa malu dan tak mau tahu dapat dari mana uang yang mereka pakai untuk berfoya-foya. Mungkin juga harta merupakan hal terpenting yang dapat dinikmati si penikmat harta. Mereka dibutakan oleh uang, perhiasan, jabatan, dan fasilitas yang sangat mewah.

Namun, tak semuanya orang yang mempunyai kekayaan yang sangat banyak berkepala besar. Sombong adalah kata asing di telinga seorang remaja yang sekarang sedang duduk di bangku menengah atas. Raka, nama seorang remaja kaya yang sama sekali tak peduli dengan apa yang dia punya. Bagi Raka harta sebenarnya bukan berupa materi yang dapat membuat keangkuhan berada dalam puncaknya. Baginya, harta yang paling berharaga adalah teman, keluarga dan semua yang dia sayangi berbalik sayang kepadanya.

Raka terkenal dengan keramahannya terhadap siapa pun. Dia mempunyai banyak teman di sekolahnya. Dan dia tak pernah sekali pun memamerkan apa yang orang tuanya punya. Dia selalu menolak fasilitas mewah yang diberi orang tuanya. Tapi bukan berarti Raka adalah remaja yang baik-baik saja di sekolahnya. Guru bagian kesiswaan sudah bosan menghadapinya yang hampir setiap hari berkelahi. Selain dia terkenal sebagai orang yang mampu membeli sekolahnya itu, dia juga terkenal sebagai siswa yang sering sekali berkelahi. Namun Raka selalu mempunyai alasan yang membuat guru di bidang kesiswaan terpaku dan tidak bisa menjawabnya. Karena bagi Raka, yang lemah harus selalu ada yang membela.

***

Pagi ini Raka tak berniat menuju sekolah walau dia sudah memakai seragam. Kemarin, sebelum Raka menuju motor hitam custom-nya, dia dihadang oleh kakak kelas yang tak terima teman sekelasnya dipukuli habis-habisan dengan Raka. Dan alasan Raka memukuli Kakak kelas itu tidak lain dan tidak bukan, karena kakak kelas itu sudah berperilaku tidak sopan terhadap wanita. Hari ini, mau tidak mau Raka harus ke belakang sekolah untuk menerima tantangan Kakak kelas yang sudah mencari masalah dengannya.

Raka membelah bising kendaraan pagi menggunakan motornya. Matahari yang baru saja muncul di jendela ufuk selalu mengintip dengan hangatnya. Polusi kendaraan bermotor seakan takut untuk mmenghalangi Raka yang sudah siap untuk berkelahi pagi ini. Mungkin bagi orang lain yang tak bersyukur atas kehidupan yang diberi akan mengatakan, masih terlalu pagi untuk berkelahi membela yang bukan urusan kita. Namun bagi Raka, wanita adalah ciptaan Tuhan yang paling lemah, dan tujuan Tuhan menciptakan Raka untuk melindungi orang-orang di sekitarnya..

Dari kejauhan sudah terlihat keramaian anak sekolah yang berseragam. Berjejer rapi dengan tangan mengepal di sampingnya. Raka berhentikan motornya. Melepas helm yang melindunginya dari Pak polisi. Membuka jaketnya yang menurutnya tak akan tembus oleh senapan laras panjang sekali pun. Berkaca sedikit di spion motor hitamnya. Lalu berjalan menghadapi kakak kelas yang jumlahnya hampir lima belas orang.

Raka mengeluarkan Rokok dari saku baju seragam, "Jadi, siapa lawan gue?" tanyanya sambil membakar Rokok yang sudah ditaruh di sela bibir.

Salah seorang kakak kelas itu maju sekitar tiga langkah, meninggalkan teman-temannya di langkah sebelumnya, "Lo yang mukulin Dio?"

"Dio? Siapa dia? Enggak kenal gue." Jawab Raka santai.

"Enggak usah pura-pura bego deh lo. Yang waktu itu lo pukulin di kelas!"

Raka tersenyum tipis. Disambung dengan gelak tawa kecil, "Oh dia, yang maksa cewek buat dicium."

"Ngapain lo ikut camur urusan dia?"

"Lo ngapain ikut campur urusan dia?" jawab Raka dengan membalikan pertanyaan kakak kelas itu.

"Ya, karena dia temen gua." Kakak kelas itu menjawab gagap.

Cerita BahagiaWhere stories live. Discover now