Perjalanan ke Takigakure

Start from the beginning
                                    

"Dia tidak akan membunuh ayah kandungnya sendiri," ujar Kakashi santai.

Yui mengangguk. "Batu giok itu telah ada di mansion sejak aku masih kecil. Aku ingat betul momen bertemu dengan ibu Sora. Fukuyo-sama masih muda dan cantik saat Ryota-sama menikahinya dengan pesta besar yang berlangsung selama tiga malam berturut-turut. Dia sudah hamil dua bulan saat menikah dengan Ryota-sama. Aku mendengar sendiri dari mulut Okaasan. Wanita yang berpengalaman seperti Okaasan lebih tahu ciri wanita yang hamil muda, meskipun Fukuyo-sama mencoba menutupi hal tersebut."

"Ibu Anda tahu kehamilan itu, tapi tidak menceritakan pada tuannya?" tanya Sakura tak mengerti.

Yui mengedikkan bahu. "Kami sangat setia pada keluarga ini sejak lama. Namun, perangai Ryota-sama berbeda dengan leluhurnya. Ia sangat arogan. Mayoritas staf tidak menyukainya, tapi kami tidak pernah bisa berbuat apa-apa atau mati dibunuh ninja bayaran kalau berusaha melawan perintah."

Sakura bergidik. Lelaki tua itu memang pantas mati, pikirnya.

"Pada malam kelahiran Sora-sama, Okaasan adalah orang yang membantu kelahiran Fukuyo-sama. Bayi itu terlahir sempurna, namun sang ibu mengalami pendarahan hebat. Fukuyo-sama meminta Okaasan untuk mengasihi Sora-sama seperti anak kandung sendiri. Pada usia Sora yang ke-15 tahun, Fukuyo-sama berpesan agar Okaasan untuk mengajaknya berlibur ke Takigakure. Pergi ke kuil yang terletak di atas bukit Takigakure paling utara. Okaasan sudah meninggal sebelum ia melaksanakan wasiat itu."

"Kenapa Fukuyo-sama meminta hal aneh seperti itu?"

Yui menghela napas berat. "Malam setelah melahirkan Sora-sama ke dunia, Fukuyo-sama meninggal dunia. Aku ikut melihat pemakaman Fukuyo-sama keesokan hari tak jauh dari mansion ini."

"Bagaimana bisa Ryota-sama tidak curiga dengan—"

Yui tersenyum tipis. "Dia terlalu sibuk mengurusi bisnis dan pesta. Dia tidak pernah sadar kalau Sora-sama tidak memiliki kemiripan dengannya. Jika dia pintar, pasti dia tahu bahwa seorang ayah akan menurunkan warisan genetik seperti bentuk bibir, warna mata, tinggi tubuh hingga sidik jari pada anaknya. Sora-sama tidak memiliki secuil kemiripan dengan Ryota-sama karena ia memang bukan anak kandung."

Sakura terbelalak, tapi Kakashi tidak berekspresi. Laki-laki itu hanya menghela napas pelan. "Kau tahu segalanya."

Yui tersenyum. "Sebagai kepala pelayan, aku memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengakses buku-buku di perpustakaan. Saat Sora-sama berusia 15 tahun, aku menemaninya pergi ke Takigakure. Dengan alasan liburan yang menyenangkan, tentu saja Ryota-sama mengijinkan. Toh, Takigakure bukan negara konflik dan salah satu desa dengan tempat wisata yang menarik."

"Kalian ke kuil itu?"

Yui menatap Kakashi dan mengangguk. "Ditemani dua ninja Iwa bayaran. Aku tidak begitu tahu apa yang terjadi di sana. Yang kutahu, semua orang yang berada di kuil memiliki bentuk wajah yang hampir sama dengan Sora-sama. Warna rambut hitam dengan bola mata seteduh hutan lindung."

"Ah, seperti Kenji?" tanya Sakura.

Yui mengangguk sekali lagi. "Hari itu merupakan hari pertama dan terakhir aku menginjakkan kaki di kuil. Sejak saat itu, Sora-sama jarang berada di mansion. Ia sering menghabiskan waktu ke Takigakure untuk belajar menjadi shinobi."

"Kau tahu mengenai batu giok itu?" tanya Kakashi.

Hela napas berat keluar dari mulut Yui sebelum ia menggeleng. "Kudengar Ryota-sama menjual sebuah batu giok berukir naga kepada seorang saudagar kaya di Konoha. Sebuah batu giok yang berasal dari kuil di Takigakure."

BlueWhere stories live. Discover now