01. Dirgantara Mahatma

110 47 44
                                    

H A P P Y   R E A D I N G❣

Tuhan, apakah ini wanita yang selama tiga tahun ku tunggu? Jika ia, tolong jangan pisahkan kami, lagi. Karena kita Langit dan Awan yang ditakdirkan untuk melengkapi semestamu.

•🐞•

Wanita paruh baya yang baru saja memasuki kamar putra sulungnya hanya mampu menggelengkan kepala heran. Pasalnya alarm yang sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu hanya dianggap seperti alunan musik pengantar tidur. Kerasnya dentuman musik membuat Dirga merasa seperti sedang disambut oleh alam mimpi.

“Bang, bangun,” ucap Ara– bunda Dirga. Wanita paruh baya yang umurnya sudah memasuki hampir empat puluh tahun tapi masih mengurusi balita menggemaskan berumur dua tahun, Jeviana Mahatma, adik Dirga.

“Lima menit lagi, Bun!” jawab Dirga dengan tangan yang malah menarik selimut untuk menutupi teriknya matahari yang baru saja masuk lewat kaca jendela.

“Gak ada lima menit. Bangun!” Ara menarik selimut yang menutupi hampir seluruh tubuh Dirga.

“Kalo gak bangun uang jajan gak Bunda ka–”

“Iya-iya!” Dirga menyela sebelum Ara menyelesaikan ucapannya. Ia segera bangkit dari tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi setelah menerima handuk yang diserahkan oleh wanita paruh baya itu.

Setelah memastikan anak laki-lakinya masuk kedalam kamar mandi Ara meninggalkan Dirga karena harus berganti mengurus Jeje.

“BANG, JANGAN TIDUR DI KAMAR MANDI!!!” teriak Ara dari taman belakang rumahnya.

“Blisik, Bun!” protes Jeje dengan kedua tangannya yang menutupi telinganya.

“Tau, nih! Bunda brisik,” sahut Dirga menimpali perkataan Jeje. Jeje menganggukan kepalanya karena menyutujui ucapan sang kakak.

“Heh! Udah sana buruan berangkat,” usir Ara membuat pria yang rambutnya sengaja diacak setelah menggunakan pomade itu mendengus.

“Uang jajan, Bun!” Dirga menodongkan kedua tangannya untuk meminta jatah uang saku.

“Dihitung aja sampe seminggu.” Ara terkekeh setelah menyelesaikan ucapannya.

Dirga mendengus mendengar ucapan bundanya yang selalu seperti itu. Ia meraih tangan sang bunda dan mencium telapak punggungnya. Tak lupa mencium si kecil Jeje.

“Assalamualaikum,” pamitnya kemudian melangkah pergi menuju garasi rumah untuk mengambil si black motor kesayangannya.

•🐞•

Sesampainya di sekolah Dirga sudah disambut dengan teman-teman absurdnya, Yogaswara. Yogaswara sendiri hanya terdiri dari empat anggota yang salah satunya termasuk Dirga. Karena Yogaswara sendiri bukan seperti geng-geng besar yang suka ikut balapan liar, tawuran demi harga diri gengnya, atau hal-hal lainnya. Yogaswara hanya kelompok kecil di sekolah yang mendapat predikat 'Si Biang Rusuh.'

“Oy, Bro!” sapa pria berlesung pipit yang sedang menyandar pada si jago, motor besar berwarna merah kesayangan pria 5S ini. Namanya Bara Akram Fautsa, pria berlesung pipit yang kerap dipanggil si pipi bolong atau pria 5S, salam, sapa, senyum, sopan, santuy.

Dirga menghampiri ketiga temannya yang memang seperti ini salah satu prinsip dari Yogaswara, yaitu masuk kelas bersama, keluar kelas atau bolos bersama, masuk BK bersama, dan melakukan kegiatan lain bersama.

“Lama banget lo datengnya? Ngerengek minta jatah lagi?” sindir pria yang paling tampan dari ketiganya.

“Diem lo, Bayan!” ketus Dirga bak anak perempuan yang sedang disindir saat datang bulan.

DirgantaraWhere stories live. Discover now