Flashdisk || 5. Jangan sedih

119 37 14
                                    

Minggu ini tidak seperti kemarin.
Saziya tampak sebal. Seharusnya sekarang ia berjalan-jalan menikmati weekend. Yang ada malah di rumah aja, bertugas menjaga Nara yang sedari tadi teriak-teriak dan memberantakan mainannya di sembarang tempat. Membuat Saziya harus bolak-balik memungut dan membersihkannya.

Gara-gara restoran keluarganya disewa untuk pesta, orang tua Saziya jadi harus kesana mengatur keadaan. Sedangkan Aldo— abangnya, pergi menikmati weekend dengan Yura— tunangannya, dan meninggalkan adiknya disini. Huh!

"Udah, dong, mainnya. Kakak capek, nih." Saziya membanting pantatnya di atas sofa. Sabar....

"Aku masih mau main." Nara tak peduli dengan raut kesal Saziya dan tetap asyik dengan pesawat plastik di genggamannya.

"Tapi diberesin lagi, dong! Aku mau protes aja sama papa, minta asisten rumah tangga buat jagain kamu. Oh, atau aku titipin sama panti asuhan aja, deh. Nanti kalau aku pulang main, kamu aku ambil lagi."

Nara terus saja bermain pesawat-pesawatan, mulutnya bersuara menirukan suara pesawat yang lepas landas.  Menghiraukan ucapan Saziya yang terlalu sulit dicerna otaknya.

"Nyebelin!" gerutu Saziya.

Ia mulai merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarga. Mengambil ponsel di saku, lalu mencari nomor Karina. Tak perlu lama, panggilan terhubung.

"Woy! Rin!."

"Eh, buset. Salam dulu, kek. Malah teriak-teriak."

"Ah, iya. Waalaikumsalam. Lo kesini, dong. Temenin gue, dirumah nggak ada orang cuma gue sama Nara, doang. Gue gabut banget, capek ngambilin mainan Nara. Kesini ya, gue tunggu. Jangan lupa oleh-oleh pempek," cerocos Saziya, tak membiarkan Karina menyela. Niatnya ingin memutus sambungan, tidak jadi karena protes dari seseorang diseberang telepon sana.

"Eh, edan! Panjang kali lebar kali tinggi bagi dua banget, sih, omongan lo. Nggak bisa! Gue nggak bisa kesana, lagi di waterboom bareng keluarga. Itu sih, udah derita lo!"

Bukannya ngebantu malah ngejekin.

"Lo telpon sambil renang? Handphone lo tahan air, ya?" Saziya bertanya random, sama sekali nggak ada kaitannya dengan bahasan awal.

"Mau gue nelpon sambil jungkir balik kek, terserah gue. Udah ah, gue mau lanjut bertapa."

Sambungan telepon diputus sepihak. Saziya mengernyit, "Katanya di waterboom. Kalau bertapa kan di goa."

Ia kembali menarik napas lalu membuangnya. Membosankan sekali. Mendadak jadi pingin es krim.

Saziya terduduk. "Naraaa.....!!!" panggilnya, berteriak.

Nara berhenti bermain, berlari kecil menuju ruang keluarga. "Apa?" tanyanya.

"Keluar yuk."

"Gamau. Aku mau main."

Saziya mendengus. Lantas berdiri dan melewati Nara begitu saja. "Yaudah, deh. Kakak keluar, ya. Mau beli es krim."

Sontak mata Nara membola. Ia berbalik, mengejar Saziya yang masih berdiri di ambang pintu. "Kakak... ikut."

*****

"Mau rasa apa?"

"Strawberry."

"Kok strawberry, sih? Cowok biasanya vanilla."

"Tapi aku mau strawberry."

FLASHDISK Where stories live. Discover now