22. Quick Count

370 84 0
                                    

Melalui hitung cepat atau quick count, hasil pemilu dapat diketahui dengan cepat pada hari yang sama ketika Pemilu diadakan. Jauh lebih cepat dibandingkan hasil resmi yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memakan waktu kurang-lebih dua pekan. Hitung cepat biasanya dilakukan lembaga survei. Apa yang dimaksud dari hitung cepat atau quick count? Quick count adalah proses pengambilan data dengan menghitung persentase hasil pemilu di tempat pemungutan suara (TPS) yang dijadikan sampel. Lembaga survei hanya mengambil sampel di beberapa TPS untuk mewakili semua TPS. Quick count memberikan gambaran dan akurasi yang lebih tinggi, karena hitung cepat menghitung hasil pemilu langsung dari TPS target, bukan berdasarkan persepsi atau pengakuan responden. Hitung cepat biasanya menerapkan teknik sampling probabilitas sehingga hasilnya jauh lebih akurat dan dapat mencerminkan populasi secara tepat. Khusus untuk publikasi aturan quick count mengacu pada UU Pemilu No.7 Tahun 2017 Pasal 449 ayat (2), ayat (5), yakni dua jam setelah pemungutan suara Waktu Indonesia Barat (WIB) ditutup.**

Kalian pasti nggak asing dengan istilah quick count. Kalian bakalan sering dengar istilah ini kalau sedang diadakan Pemilu. Baik Pemilu Presiden maupun Pemilu Kepala Daerah atau Pilkada. Televisi nasional sampai swasta pasti akan menayangkan hasil quick count dari sore bahkan dari siang hari. Mereka akan menampilkan persentase hasil pemungutan suara, siapa yang lebih unggul.

Berdasarkan perhitungan gue sejauh ini, hasil quick count menunjukkan kalau gue lebih unggul dari Julian. Karena sekarang, Flora sedang duduk di samping gue di Warung Burjo deket kampus.

"Mau pake ketan item gak Flo?" Tanya gue waktu dia sibuk melihat-lihat keadaan warung. Kelihatan banget kalau Flora baru pertama kali mampir ke tempat ini.

"Mmm... Kak Doni pake gak?" Flora menatap gue.

"Pake."

"Yaudah aku pake juga."

"Mau pake roti tawar kayak gue juga gak?" Tanya gue lagi.

"Samain aja deh Kak, aku bingung." Jawab Flora. Gue ketawa lihat ekspresi mukanya, kayak anak kecil. Lucu.

"Mang, dua ya! Komplit." Gue memyampaikan pesanan gue pada Mang Dahyo, pemilik Warung Burjo yang udah gue kenal karena sering datang ke sini.

"Siap, Jang! Minumnya kayak biasa?" Tanya Mang Dahyo.

"Iya Mang."

"Kalo si Neng minumnya mau apa?" Tanya Mang Dahyo yang kini menatap Flora.

"Susu cokelat ada nggak Pak?" Tanya Flora.

"Ada atuh. Yang nggak ada mah alkohol Neng!" Jawab Mang Dahyo sambil terkekeh dan disambut tawa oleh Flora.

"Yaudah, susu cokelat aja Pak. Yang anget ya." Ujar Flora masih tertawa.

"Siap Neng!"

Flora kini sibuk sama HP-nya. Kayaknya sedang mengabari Tante Diana. Tadi gue nggak sengaja lihat nama Tante Diana di layar HP-nya.

"Kak Doni nggak dingin?" Gue sedikit terkesiap ketika Flora bertanya. Soalnya gue daritadi sedang memperhatikan dia.

"Enggak." Jawab gue buru-buru.

"Tapi kemeja Kakak basah." Flora melirik kemeja gue yang setengah basah.

"Biarin, entar juga kering."

"Harusnya jaketnya nggak usah dikasih ke aku."

"Silakan dinikmati. Santai aja, jangan buru-buru makannya, tutupnya masih lama." Obrolan gue diinterupsi sama Mang Dahyo yang mengantarkan pesanan gue sama Flora.

"Makasih Bapak!" Seru Flora antusias.

"Sama-sama Neng. Si Neng baru ke sini ya? Saya nggak pernah liat." Tanya Mang Dahyo.

"Iya, baru pertama kali." Jawab Flora.

"Mahasiswa baru, Mang. Belom jauh mainnya." Kata gue bercanda.

"Apaan enggak! Kak Doni aja yang baru ngajak aku ke sini." Flora memukul lengan gue.

"Eh jangan berantem! Sok atuh dimakan, nanti keburu dingin. Saya tinggal ya, mau bikin kopi buat yang pesen dulu." Ujar Mang Dahyo yang diangguki oleh gue dan Flora.

Gue menyeruput jerman anget pesenan gue. Coba, ada yang bisa nebak nggak jerman itu apa? Nggak tahu ya? Jerman itu singkatan dari jeruk manis. Menu di Warung Burjo Mang Dahyo emang disingkat-singkat. Kayak sogem (soda gembira), susi (susu sirup), jasus (jahe susu), kopasus (kopi pake susu), intel (indomie telor) sama mie tante (mie tanpa telor). Iya emang di sini nggak cuma jual bubur kacang ijo doang. Walaupun namanya Warung Burjo, tapi di sini juga jual makanan lain. Warung Burjo Mang Dahyo buka dari hari Sabtu sampe hari Kamis, jam 3 sore sampai jam 11 malam, hari Jumat libur. Kalau soal harga jangan khawatir, menu-menu di sini ramah sama kantong mahasiswa kok. Gue sering ke sini dari SMA, sejak gabung sama The Pressure diajakin sama Bang Bani tiap beres latihan. Eh, jadi keterusan sampe sekarang dan jadi salah satu tempat favorit gue.

"Enak banget Kak! Aku suka nih ketan itemnya." Ujar Flora waktu dia nyobain bubur di mangkuknya.

"Kalo pake es lebih enak Flo." Kata gue.

"Emang bisa? Masa bubur pake es?" Tanya Flora heran.

"Bisa, gue biasanya pesen pake es. Tapi karena sekarang lagi ujan, jadi gue pesen yang anget." Jawab gue setelah menelan satu sendok bubur.

"Bang Bani malah suka dipakein parutan keju." Tambah gue.

"Emang enak ya kayak gitu?" Tanya Flora kemudian menyeruput susu cokelatnya. "Nanti kapan-kapan aku coba deh. Jadi penasaran juga."

Flora kembali menikmati bubur di mangkuknya. Sebenarnya daritadi gue pengen nanya satu hal sama Flora tapi bingung nanyanya gimana biar enak.

"Flo..." Gue menggaruk leher gue.

"Kenapa Kak?" Flora menoleh ke arah gue.

"Tadi lo pasti nungguin gue lama ya?" Tanya gue hati-hati.

Flora diem, nggak langsung jawab pertanyaan gue. Dia mengaduk-ngaduk bubur di mangkuknya.

"Iya, lamaaaaa banget. Aku chat nggak dibales, ditelepon juga susah. Aku sempet kesel sebenernya." Flora masih mengaduk buburnya, sedangkan gue udah deg-degan nunggu lanjutan omongan Flora.

"Tapi anehnya aku masih yakin Kak Doni bakal dateng." Flora sekarang menatap gue.

"Tahu nggak Kak?" Sekarang fokus gue sepenuhnya sama Flora.

"Aku tuh bingung..."

Gue masih diam mendengarkan omongan Flora. Sampai satu kalimat yang keluar dari mulut Flora bikin gue nggak tahu harus bereaksi kayak gimana.

"Kenapa aku percaya banget sama Kak Doni."

***

Notes:

**Sumber: https://m.merdeka.com "Penjelasan tentang Quick Count, Exit Poll dan Real Count."

Jang = panggilan untuk laki-laki muda di suku Sunda.

Neng = panggilan untuk perempuan muda di suku Sunda.

[1] The Book of Us: FEELING GOODWhere stories live. Discover now