8. Target

557 114 4
                                    

"Kak Doni kenapa kalo di rumah dipanggil Ilham?"

Tanya Flora di minggu kedua dia baru pindah ke sini.

"Nggak tahu, kata Mama sih bagus aja artinya." Jawab gue sambil mengunyah pare.

"Emang artinya apa?"

"Petunjuk Tuhan."

"Wah, bagus banget artinya. Emang sesuai sama orangnya sih." Flora menggigit tahu yang udah dia tusuk pakai garpu. Ayok tebak kita lagi makan apa?

"Emang gue gimana?" Tanya gue penasaran.

Flora mengambil jeda sebentar untuk menelan tahu yang dia makan.

"Soalnya kan Kak Doni sering jadi petunjuk aku. Nunjukkin jalan, nunjukkin cara pake rumus Excel, nunjukkin aku tempat jualan nasi goreng kambing yang enak, nunjukkin aku jalanan Asia-Afrika, nunjukkin aku cara ngambil foto biar fokus, pokoknya Kak Doni nunjukkin aku banyak hal. It's really suits your name."

Flora menatap gue, anjir gue nggak bisa buat nggak senyum. Kenapa sih mulut dia tuh suka banget ngeluarin kata-kata yang nggak pernah gue bayangin?

"Kayaknya lo berlebihan." Gue menenggak air putih dingin dari botol Tupperware ukuran 1 liter. Iya, saking gugupnya gue lupa airnya nggak gue tuang ke gelas dulu, malah diminum langsung.

"Pelan-pelan ih, nanti keselek."

Anjir malu banget!

"Kak, masih mau nggak siomaynya? Aku kenyang nih, kebanyakan." Yak! 2 juta rupiah buat yang tadi jawab siomay. Bohong deng.

"Boleh." Gue menerima piring yang Flora sodorkan. Untuk pertama kalinya gue mau makan makanan sisa orang lain selain Mama. Gila.

"Kalo arti nama lo apa?"

"Mmm... Flora itu artinya bunga." Flora tersenyum.

"Mama bilang waktu hamil aku, Mama sering minta sama Papa buat dibeliin bunga." Flora menatap gue lagi.

"Mau tahu nama panjangku nggak?" Gue refleks mengangguk sambil menelan kentang.

"Swastamita. Artinya, pemandangan indah saat matahari terbenam."

Dia senyum. Gue pun ikutan senyum. Sore hari di teras rumah dia, sambil makan siomay gue nemu satu hal baru. Tepat di sebelah gue, seseorang yang punya arti nama bunga, baru aja bikin langit Bandung yang udah mulai gelap karena menjelang Maghrib, jadi mendadak indah.

***

Gue udah tertarik sama Flora sejak pertama kali ketemu. Waktu dia ke rumah gue nganterin brownies di Minggu pagi. Ya gimana enggak, dia cantik banget Masya Allah. Tuh, gue sampe nyebut.

Gue makin tertarik sama Flora waktu dia rajin main ke rumah gue. Nyamperin Mama sama Boni sebenernya. Flora kayak anak kecil, ceria dan gampang akrab sama orang. Kalo lihat dia senyum, lo pasti pengen ikutan senyum. She is like happy virus.

Gue jadi sangat tertarik sama Flora waktu tahu kalo dia juga suka kucing. It's weird, tapi di mata gue itu nilai plus. Flora kelihatan sayang banget sama Boni. Gue diem-diem suka memperhatikan dia kalau lagi main sama Boni. She is so lovely and she was born to be loved.

"Kuliah itu capek ya Kak? Aku sekarang jadi jarang main Instagram. Soalnya tiap hari selalu ada tugas. Tugas individu sama tugas kelompok juga, dan kadang itu harus dikumpulin di hari yang sama." Gue menghentikan lamunan gue waktu suara dia masuk ke telinga gue.

"Aku tadi ada kuis dadakan dan aku nggak bisa. Aku takut nanti di akhir semester nilaiku jelek." Keluh Flora.

"Bawa enjoy aja Flo, jangan jadiin beban. Awal-awal perkuliahan emang kerasa banget beratnya kok, gue juga gitu. Kita semacam culture shock, sama lingkungannya, sama materi kuliahnya, sama tenaga pendidiknya, sama orang-orang yang ada di sekitar kita juga."

[1] The Book of Us: FEELING GOODOnde histórias criam vida. Descubra agora