[9] Jeda Asti

98 3 0
                                    

"Apa kamu pikir Rian nggak tahu?"

"Apa maksud Abang?"

"Kamu taruhan dengan temanmu buat dapetin Rian kan?"

Mulut Asti ternganga. Darimana abangnya tahu??

"Dan itu karena Bagas kan?"

Pertanyaan terakhir Heidi melesat bak anak panah yang seketika menancap di hati Asti!

🍀🍀🍀


6 tahun lalu di bandara...

"Jangan lupa semua yang kubilang...", ujar Rian pada Asti.

Tapi yang diajak bicara malah diam. Kepalanya tertunduk. Berbagai pikiran berkecamuk dalam kepala Asti akibat perkataan abangnya tempo hari. Rian tahu alasan Asti mendekatinya. Jadi kenapa membiarkan saja? Asti ingin bertanya. Tapi fakta bahwa Rian tahu membuatnya takut.

Mungkin benar yang dikatakan abangnya Heidi. Pada akhirnya, dialah yang akan menyakiti Rian karena sejak awal hubungan ini terjalin karena keserakahannya.

Episode tentang Bagas membuatnya menyeret Rian dalam permainan mereka!

"Kenapa nggak menjawab?", tuntut Rian. Suaranya mulai terdengar kesal.

Wajah Asti tertunduk.

Rian meraih wajah itu agar menatapnya. Tapi rupanya, pipi Asti sudah basah. Bibirnya bergetar. Dan mata gadis itu memandangi Rian dengan semua rasa penyesalan yang tertahan di ujung lidahnya.

Rian tertegun sejenak. Mungkin heran karena normalnya Asti akan bersungut-sungut dan menyahuti ogah-ogahan. Ini bukan reaksi yang biasa Asti berikan saat ia mencerewetinya. Rian kemudian meraih Asti dalam pelukan.

Gadis itu pun langsung tersedu. Ia tak lagi sempat mempedulikan tatapan jengah orang yang lalu lalang di sekitar mereka. Pikiran Asti terlalu sibuk menahan diri untuk menanyakan alasan Rian mempertahankan Asti di sampingnya.

Haruskah kutanyakan sekarang? Akan lama jika harus menunggunya pulang dari Jepang. Mungkin baru tahun depan. Atau bahkan tahun depannya lagi.

Tapi Asti tahu, keadaan saat itu sama sekali tak memungkinkan. Bagaimana dia bisa mengakui dosanya di hadapan keluarga lelaki itu? Asti tak mau mereka membencinya. Egois memang!!

Meski enggan, Rian terpaksa melepaskan Asti pelan saat namanya mulai dipanggil melalui pengeras suara.


"Jangan sakit...", tangan Asti masih memegang erat ujung baju Rian. Tampaknya, Asti pun sulit melepas kepergian Rian.

Saat itu, entah bagaimana, Asti melihat tatapan Rian yang berbeda dari biasa. Dipenuhi kelembutan, tanpa kemarahan. Seperti pertama kali mereka bertemu dulu!

🍀🍀🍀


4 tahun lalu...

Asti kelas 3 SMA. Dua tahun telah berlalu sejak Rian berangkat ke Jepang. Namun tak sekali pun tunangan Asti itu menghubunginya!

Entah apa alasan Rian. Padahal sebelum berangkat, dia sendiri yang ribut mewanti-wanti agar sering menghubunginya.

Seminggu, Asti masih memaklumi. Mungkin Rian sedang sibuk beradaptasi. Sebulan, Asti mulai gelisah sendiri.

Awalnya Asti pikir, mungkin ada sesuatu yang salah pada akun skype miliknya karena tak nampak tanda-tanda dihubungi sama sekali. Tapi menghubunginya kan tidak harus dengan panggilan video. Rian bisa menulis email. Bahkan chat singkat.

Jadi pasti ada sesuatu yang terjadi dengannya kan??

Asti panik! Dia langsung lari mendatangi Bunda Rian dan menanyakan keadaan lelaki itu.

Saat mendengar bahwa Rian baik-baik saja, Asti kecewa.

Ingin Asti segera menghubungi Rian dan bertanya, mengapa menghindarinya??

Tapi rasanya tak perlu! Asti sudah bisa mengira jawabannya...

Mungkin Rian lelah pura-pura tak tahu keburukannya. Bahkan mungkin pula sebenarnya Rian membencinya!

Asti menangis berhari-hari. Sampai sakit fisik dibuatnya.

Raka yang pindah ke sekolah Asti dan kebetulan sekelas dengannya pun jadi tumbal. Tempat mengeluarkan sampah pikirannya dalam dua tahun ini.

"Udah, putusin gih Abangku. Trus pacaran aja sama aku...", canda Raka ketika dia main ke rumahnya.

Asti tertawa!

Ini bukan pertama kali Asti mendengarnya. Kelakar Raka selalu mampu membuat Asti tersenyum ceria.

Raka, dari perawakan, wajah hingga suaranya sangat mirip Rian. Hanya saja, hidung Rian sedikit lebih bangir. Dan sifatnya cenderung pendiam. Sementara Raka lebih hangat.

"Dia nggak bisa putusin aku...", suara bariton yang tak asing di telinga itu muncul tiba-tiba.

Setelah dua tahun, akhirnya Asti bisa melihat lelaki yang menghilang di belahan lain dunia itu sedang berdiri di depan pintu rumahnya. Bahkan berani tersenyum manis padanya. Seolah tak ada jeda diantara mereka.

Maka, bukannya berlari mendekati, Asti memilih berbalik pergi!!

🍀🍀🍀

*ditulis dengan cinta... 💕

Atas Nama CintaWhere stories live. Discover now