[22] Tenang Sebelum Badai

72 4 0
                                    

H-60

Makin mendekati hari pernikahan, Rian dan Asti tampak lebih pendiam. Keduanya seolah melakukan gencatan senjata saja. Tak ada pertengkaran meskipun normalnya keadaan menjelang nikah membuat manusia lebih sensitif.

🍀🍀🍀

"Lagian, racun pun bisa Bang Rian makan asal yang ngasih Kak Asti...", canda Raya.

Semua yang ada di meja makan tertawa mendengarnya. Hanya Rian dan Asti yang tertegun diam!

🍀🍀🍀

Rian tertawa ironis mengingat candaan Raya. Ucapannya tak salah! Meski tahu yang diberikan Asti adalah racun, Rian tetap akan menerimanya. Dia akan bersikap pura-pura tak tahu dan makan dengan lahapnya!

Ah, tiba-tiba Rian merasa dirinya sangat menyedihkan! Permintaan Asti dua bulan lalu terasa sangat mengganggu! Terlebih ucapan Asti yang memicunya...

"Ya, harusnya sejak mulai baligh dulu aku menutup aurat dan tak berurusan denganmu sehingga hidupku tidak kacau-balau seperti sekarang..."

Rian tahu, Asti masih ingin melakukan banyak hal setelah lulus. Melanjutkan kuliah. Berkarir. Travelling dan sebagainya. Jadi menikah di usia dua puluh dua tahun, jelas tidak berada dalam urutan atas prioritas hidupnya.

Tapi anehnya, saat Rian setuju mengikuti kajian pra-nikah dan konselingnya sebagaimana permintaan Asti, tunangannya itu dengan cepat menyesuaikan diri dalam rencana pernikahan mereka.

Membantu kedua orang tua mereka mengatur pertemuan dengan wedding organizer, menyiapkan konsep untuk akad nikah hingga walimah, memilih desain undangan, souvenir hingga wedding dress. Dia benar-benar bersikap layaknya pengantin wanita umumnya!

Bahkan saat Rian menunjukkan rumah bergaya Jepang yang didesainnya sejak kuliah dan mulai dibangun dua tahun lalu itu...

"Hmmm...rumah ini cantik!", ujarnya. "Nanti aku akan minta bantuan Bunda buat mengatur desain interiornya", ujar Asti sambil berkeliling antusias.

Reaksi itu sungguh di luar ekspektasi Rian! Ia sampai tak habis pikir, bagaimana mungkin Asti yang sangat menentang ide pernikahan ini mendadak 'nrimo' saja? Rian resah. Bagaimana jika Asti terlalu memaksakan diri menerimanya? Jika demikian, bukankah nanti malah akan membuat gadis itu semakin menderita??

🍀🍀🍀

H-30

Keluarga Rian dan Asti sedang berkumpul di rumah keluarga Rian untuk membicarakan lagi run down acara pernikahan yang telah disepakati dengan wedding organizer.

"Jadi setelah upacara adat kita akan...", Bunda Rian memastikan tata urutan acara pada Mamah Asti.

Ayah Rian dan Papah Asti juga tampak mendalami peran penting mereka dalam pernikahan putra-putri mereka itu. Sementara Raka dan Raya turut menyimak setiap penjelasan dengan khidmat.

Heidi juga awalnya turut mendengarkan. Sayangnya dia terpaksa pergi setelah diinterupsi aktivitas ponselnya. Rekan sejawatnya kecelakaan sehingga dia harus menggantikan jadwal jaga rekannya itu di IGD.

Sementara Asti, masih nampak apik memainkan peran sebagai calon pengantin wanita yang sedang berbahagia. Ah, Rian sungguh tak tahan lagi melihatnya!!

"Bunda...", Rian tiba-tiba saja memotong rapat keluarga mereka. "Mungkin...kita harus membatalkan pernikahan ini..."

Ruangan mendadak hening. Pulpen di tangan Bunda Rian sampai terjatuh. Bahkan suara kemeletuknya yang ringan terdengar mengejutkan dan membuat mata-mata anggota keluarga mereka makin terbelalak. Mungkin efek kejut lanjutan akibat mendengar pernyataan Rian barusan.

"Kenapa? Kalian bertengkar?", tanya Bunda Rian dengan wajah terkejut. Semua mata kini tertuju pada Asti.

Hei, apa maksud Rian?? Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Rian melemparkan Asti dalam kesulitan.

"Kalian bertengkar?", ulang Mamah Asti, karena anaknya tak kunjung menjawab pertanyaan Bunda Rian.

Asti menggeleng.

"Lalu kenapa mau membatalkan pernikahan??", tanya Ayah Rian dengan suara dalam. Wajahnya mulai tampak merah padam. Seumur hidup, baru kali ini putra tertuanya itu membuatnya malu!

"Mungkin mereka sedang tegang saja, Mas. Mari kita beri waktu mereka menenangkan diri...", ujar Papah Asti berusaha menenangkan besannya. "Biasanya orang mau nikah kan jadi lebih sensitif..."

Namun Rian menyahut yakin. "Bukan begitu, Pah. Kami berdua sudah memutuskan untuk berpisah..."

Dan semua orang ternganga!

🍀🍀🍀

*ditulis dengan cinta...💕

Atas Nama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang